Aug 30, 2012

Adapt no more

English Version

Referensi:
- Pdt. William Liem (GKA Agape), 26th August 2012
 

Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk bisa beradaptasi terhadap suatu kondisi yang baru bagi dirinya.
Mungkin pada awalnya kita tidak akan bisa menahannya. Namun bila terus-menerus mengalaminya, maka pada umumnya kita akan bisa beradaptasi dan menganggap hal itu biasa (well, ada juga kasus-kasus khusus yang tetap saja tidak bisa membuat kondisi itu menjadi "biasa")

Sebagai contoh : Suhu lingkungan yang terlalu dingin/panas, makanan yang terlalu pedas/masam, dll

Begitu pula terhadap dosa, tidak jarang manusia beradaptasi terhadap dosa dan menganggapnya sebagai hal yang biasa.

Dosa, dalam bahasa aslinya ditulis menggunakan kata Hamartia, yang dalam bahasa latin berarti "Tidak tepat sasaran" Maka, dosa bisa pula diartikan sebagai "Tidak sesuai kehendak Allah"

Menurut pendapat saya pribadi (berdasarkan pengertian maupun pengalaman), sifat alami dosa adalah melekat dan kemudian merusak secara terus-menerus.

Melekat
Bila seseorang telah melakukan sebuah dosa, akan sangat susah bagi orang itu untuk dapat melepaskan dirinya untuk tidak melakukan dosa itu lagi.
Saya katakan sangat susah, bukannya mustahil
Namun kalau kita mau jujur, seberapa banyak dari kita yang benar-benar dapat melepaskan diri dari dosa yang pernah kita perbuat ?

Merusak secara terus-menerus
Dosa bukan hanya melekat dan merusak sekali saja. Namun ia akan terus-menerus merusak diri kita.
Kata kerja merusak secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan yang ada akan menjadi lebih parah.

Michael, seorang bocah SD berusia 6 tahun. Ia ingin membeli sejumlah kelereng agar dia dapat bermain bersama dengan teman-temannya. Sayangnya, kedua orang tua Michael tidak mengijinkan hal tersebut. Merasa marah, Michael kemudian mencuri uang ibunya untuk membeli kelereng di toko mainan dekat sekolahnya. Well, tentu saja uang yang dicuri tidaklah dalam jumlah yang besar (Come on...berapa sih harga kelereng ?)

Sekarang coba bayangkan bila ketika dia beranjak SMP, lalu tren bermain kelereng telah berubah menjadi permainan game elektronik (Sori kalau menyebutkan merk...semisal PSP, Nintendo DS Lite, dsb) Bila kedua orang tuanya sekali lagi tidak mau membelikannya, apakah suatu hal yang aneh bila Michael kembali mencuri untuk dapat membeli ? Bahkan saya rasa bukan hal yang mengejutkan bila Michael langsung mencuri (dengan cara apapun) tanpa meminta terlebih dulu kepada orang tuanya.

Dan jelas kita tidaklah heran bila pada akhirnya nanti kita mendengar sebuah berita bahwa Michael telah mencuri/menipu uang perusahaan tempat dia bekerja.

Dengan ilustrasi sederhana diatas, kita dapat dengan jelas mengerti bagaimana sifat dosa.

Lalu, bagaimana kita dapat melawan dosa ?
1) Menjaga, memelihara, dan menumbuhkan kehidupan kerohanian kita melalui Firman Tuhan
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih ? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu" (Mazmur 119:9)

2) Jauhkan diri dari dosa, jangan menantang atau merasa kuat
"Jauhkan dirimu dari segala sesuatu yang menyebabkan engkau berpikiran jahat...dan tetaplah dekat pada segala sesuatu yang membuat engkau ingin berbuat benar" (2 Timotius 2:22)
***Seperti Yusuf yang meninggalkan istri Potifar (Kejadian 39:12)


Apakah kita dapat menang melawan dosa ?
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (I Korintus 10:13)

Kenapa melalui Allah ? Karena Allah tidak pernah berdosa.
Orang buta tidak dapat menuntun orang yang buta bukan ?

"Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa" (1 Yohanes 3:5)

Well, masalahnya sekarang bukan bisa atau tidak diri kita untuk menjauhkan diri dari dosa....karena sudah jelas tertulis bahwa kita bisa. Namun...maukah kita ?


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


Reference:
- Rev. William Liem (GKA Agape Surabaya), August 26th, 2012

It is human’s traits to be able adapting a new condition. Maybe at first we cannot help it, however, if the condition continue, then in general we will be able to adapt and consider it normal (well, there are also special cases that make that new condition cannot be considered as “normal”).

For example: The temperature which is too cold / hot, the food that is too spicy / sour, etc.

Similarly to sin, it is not uncommon for humans adapt to sin and take it as a matter of course.

Sin, in the original language is written using the word hamartia, which in Latin means "to miss the mark"
Thus, sin can also be interpreted as "doesn’t accord to the God’s will"

According to my personal opinion (based on understanding and experience), the nature of sin is inherent and then destroy continuously.

Stick
When a person has committed a sin, it would be very difficult for that person to not sin again.
I said it’s very difficult, but not impossible
If we're honest, how many of us can truly escape from the sin we've done?

Continuous destruction
Sin is not only inherent and damaging once, but also it would constantly destroy us.
The verb of destroy that is continuing will results on more severe damage.

Michael is a 6-year-old elementary school boy. He wants to buy some marbles so he can play with his friends. Unfortunately, Michael's parents do not allow it. Feeling angry, Michael then stole his mom’s money to buy marbles in a toy shop near the school. Well, of course the money is not stolen in large numbers (Come on ... how much is the price of marbles?)

Just imagine if then he move to junior high and the trend of playing marbles transforms into an electronic game (sorry if mentioned brands) such as PSP, Nintendo DS Lite, etc. If both parents do not allow him to buy again, is it sounds strange when Michael decides stealing to buy? In fact I guess it’s not surprising when Michael directly steal (by any means) without first asking his parents.

And obviously we are not surprised if in the end we hear the news that Michael steals/ frauds the company where he works.

With a simple illustration above, we can clearly understand how the nature of sin.

Then, how can we fight against sin?
1) To watch, maintain, and nurture our spiritual lives through God's Word
"How can a young person stay on the path of purity? By living according to Your word" (Psalm 119:9)

2) Stay away from sin temptation, do not try to challenge or feel strong
"Flee the evil desires of youth and pursue righteousness, faith, love and peace, along with those who call on the Lord out of a pure heart" (2 Timothy 2:22)
*** Like Joseph who left Potiphar's wife (Genesis 39:12)

Is it possible we can win against sin?
"No temptation has overtaken you except what is common to mankind. And God is faithful; He will not let you be tempted beyond what you can bear. But when you are tempted, He will also provide a way out so that you can endure it" (I Corinthians 10:13)

Why God? Because God is never sin.
The blind cannot lead the blind, isn’t it?

"But you know that He appeared so that He might take away our sins. And in Him is no sin.” (1 John 3:5)

Well, the problem now is, whether we will able or not to abstain from sin ..., because it is clearly written that we can. But ... do we really want?


God Bless

Aug 20, 2012

The caretaker

English Version

Satu pertanyaan unik diberikan ketika Pdt. Stefanus Theophilus berkotbah di gereja saya.

Menurut kalian, dunia ini diciptakan, untuk dinikmati keindahannya oleh siapa ? Apakah dunia ini diciptakanNya agar kita manusia bisa menikmati keindahannya ?

Mari kita coba pikirkan melalui beberapa ilustrasi berikut:

Seringkali kita melihat video/foto tentang keindahan alam bawah laut. Berbagai macam terumbu karang, maupun beraneka jenis ikan dengan bentuk dan warna yang indah. Satu hal yang cukup menarik untuk dipikirkan, jika pengambil gambar/video tersebut tidak pernah menyelam untuk melakukan tugas mereka, maka kita manusia tidak akan pernah tahu akan keberadaan benda-benda tersebut.

Jika kita tidak pernah mengetahui, bagaimana kita bisa menikmatinya bukan ??

Ilustrasi lainnya, mengenai tata galaksi yang ada di alam semesta ini. Berapa orang sih yang mengerti bahwa dunia ini hanya seperti butiran pasir, atau bahkan jauh lebih kecil daripada ukuran sebutir pasir bila dibandingkan dengan luas tata galaksi yang ada ?

Bolehlah saya memberanikan diri bahwa tidak sampai sepuluh persen dari jumlah manusia di bumi ini yang mampu mengerti kompleksitas akan susunan tata galaksi. Setuju ?

Nah, kalau tidak sampai sepuluh persen, apakah Tuhan itu tidak adil karena hanya mengungkapkan keindahan alam semesta ini hanya kepada sepuluh persen tersebut ?

Satu kesimpulan yang sampai saat ini saya yakini, yaitu bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan, untuk dinikmati oleh diriNya sendiri. Hah ? Kok terkesan bahwa Allah itu egois ya ?

Juli 2012, sepasang sahabat saya baru saja melahirkan anak pertama mereka. Saya yakin kegembiraan saya tidak dapat dibandingkan dengan kegembiraan mereka. Terbukti bahwa hampir tiap hari mereka mengambil foto anak mereka dari berbagai pose. Tidak hanya disitu, mereka pun serasa tidak dapat terlalu lama untuk tidak menyentuh anak mereka. Well, sangat kelihatan bahwa mereka sangat menikmati "keindahan" akan anak mereka yang mereka "ciptakan" Lalu...apakah saya berhak untuk mengatakan bahwa mereka egois ? Hehehe....sudah mulai tersambung ya ?

Mari kita lihat dari segi Alkitabiah.
Alkitab menulis berulang kali dalam Kejadian pasal 1 bahwa "Allah melihat bahwa semuanya itu baik" Mulai dari ayat 10, 12, 18, 21, 25, hingga ditutup dengan "Maka Allah melihat segala yang diciptakan-Nya itu, sungguh amat baik" (ayat 31). Semua penilaian baik itu berdasarkan penilaian Allah.

Kalau kita sependapat dengan pemikiran diatas, mari kita mulai merubah hidup kita. Kita bagaikan seorang guru disekolah, yang diberi wewenang oleh para orang tua untuk mendapat hormat dan respek dari anak-anak mereka. Bukan untuk memperlakukan anak-anak tersebut dengan semau kita.
Kita hanya diberi wewenang untuk menaklukkan bumi (Kejadian 1: 28)

Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

One unique question is given when the Rev. Stefanus Theophilus  preached at my church.

“In your opinion, for who the world was created to be enjoyed ?”  Is this world created for human beings so that we can enjoy the beauty ?

Let’s thinking through some of the following illustration:

We often see the beautiful videos or photos of the underwater. Such as various kinds of coral reefs, various species of fish with beautiful shapes and colors, and many more. One thing that quite interesting to think about is, if the video makers or photographers are never dive to perform their duties, then we will never know of the existence of such objects.

If we never find out, how can we enjoy it ?

Other illustration to help us understand more, it’s about the galaxies in the universe. How many people understand that the world is just like a grain of sand, or even much smaller than the size of a sand grain compared to the extensive system of galaxies out there ?

Then I venture that is barely ten percent of people on earth who can understand the complex layout of the galaxy. Agree ?

Well, if it’s barely ten percent, then God is unfair because He only reveals the beauty of the universe to those ten percent ?

One conclusion that I still believe till now is that the world was created by God to be enjoyed by Himself. It looks like God is so selfish, huh ?

July 2012, a friend of mine just gave birth to their first child. I believe my joy cannot be compared to theirs. They take plenty of photos of their child from a variety of poses, prove that their joy is so abundant and they are enjoying it. Not stop until that, they seem cannot apart for too long from their children. Well, it seems that they really enjoy the "beauty" of their child that they "created". So ... am I right to say that they are selfish ? Hehehe .... have you seen the connection now ?

Let’s see from the biblical terms.

Genesis chapter 1 repeats the sentence, "And God saw that it was good" so many times. Starting from verse 10, 12, 18, 21, 25, and close by the words, "God saw all that he had made, and it was very good." (verse 31) All the “good judgment” is based on God’s point of view or valuation.

If we agree with the above ideas, let us begin to change our lives. We are like a school teacher, who is authorized by the parents to get respected from their children. And this given authorization is not for us to treat their children as we wish. Because like the bible said, we are only given the authority to subdue the earth (Genesis 1:28)

God bless you

To hear only is not enough

English Version

X dan Y akan menuju ke sebuah kota yang terletak di belakang sebuah bukit. Di tengah perjalanan, mereka memilih rute yang berbeda untuk melewati bukit tersebut. X memilih memutar lewat kanan, sedangkan Y memutar lewat sebelah kiri.

Ketika memutar bukit tersebut, sebuah badai topan menghantam daerah tersebut. Mobil keduanya pun terbalik, dan mereka berdua sama-sama terluka parah. X segera mengeluarkan HPnya, untuk meminta pertolongan ambulan terdekat. Segera sebuah mobil ambulan datang dan membawa X ke rumah sakit terdekat sehingga ia dapat terselamatkan. Sial bagi Y, karena ternyata HP nya tertinggal di rumah. Dapat ditebak, Y akhirnya mati karena tidak ada pertolongan.

Sebuah ilustrasi singkat untuk menggambarkan bagaimana keselamatan itu diberikan pada kita.
  • Badai topan merupakan jeratan dosa di dunia ini
  • Mobil ambulan merupakan Yesus Kristus, sebagai jalan satu-satunya yang dapat membawa kita kepada keselamatan
  • HP merupakan berita keselamatan
Kenapa X akhirnya dapat tertolong ?
  • Karena ia mau menggunakan HP nya untuk menelpon mobil ambulan yang kemudian membawanya ke rumah sakit
  • Karena ia mau menerima berita keselamatan yang pernah ia dengar, dan mau memakainya untuk menerima Yesus

Kenapa Y tidak dapat tertolong ?
  • Karena ia tidak mau menggunakan HP nya untuk menelpon mobil ambulan
***Eeh sebentar...di ilustrasi tersebut kan tertulis HP nya tertinggal ?

Betul...dari sini saya hanya ingin menggambarkan: Walaupun Y membawa HP nya, namun ia tidak mau menggunakan, dapat saya samakan dengan Y tidak membawa bukan ?
Sama seperti orang yang tidak pernah mendengarkan berita keselamatan (tidak membawa HP), ataupun tidak mau menerima (tidak mau menggunakan HP)...pada akhirnya sama saja ia tidak akan pernah menerima keselamatan tersebut.

Lalu, dapatkah kita mengatakan bahwa "Y tidak dapat tertolong karena tidak ada mobil ambulan ?"
Bukan salah mobil ambulannya bukan ? =)

Biarlah ilustrasi ini sedikit banyak dapat mengingatkan kita untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan pelayanan misi/pengabaran Injil. Jangan sampai kita beranggapan bahwa tugas kita selesai bila orang tersebut sudah kita beritahu tentang berita keselamatan, namun kita harus melakukannya hingga orang tersebut menerima berita keselamatan itu untuk memanggil Yesus sebagai Juru Selamat pribadinya.


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

X and Y are heading to a town which is located behind the hill. Along the way, they chose a different route to get through the hill. X chooses the right pass, while Y chooses to take a turn through the left side.

When turning the hill, a typhoon hit the area. Both cars are overturned, and they both are seriously injured. X immediately uses his cell phone to call ambulance for help. Soon an ambulance comes and takes X to the nearest hospital so that he can be saved. Unfortunately for Y, he left his phone at home. As we can predict, Y eventually die because there is no help.

A brief illustration is to describe how safety was given to us.
  • Typhoon is the bondage of sin in this world
  • The ambulance is Jesus Christ, who is the only one that can bring us to salvation
  • Hand phone is a message of salvation
Why X can eventually be helped ?
  • Because he wants to use his phone to call an ambulance which then takes him to the hospital
  • Because he is willing to accept the message of salvation that he ever heard, and want to use them to accept Jesus
Why Y cannot be helped ?
  • Because he does not want to use his phone to call ambulance
***Eeh wait a minute ... It’s written in the illustration that he left his phone behind, isn’t it ?

Yes ... from here I just wanted to illustrate, although Y brings his phone, but he doesn’t want to use it, and I simply say he doesn’t carry it, because it’s pretty the same, isn’t it ?
Just like people who are never listen (do not carry the phone), or do not want to accept (do not want to use the phone) the good news of salvation. In the end, neither them will get the salvation.

Then, can we say that Y cannot be helped because there is no ambulance?
It’s not the fault of the ambulance, isn’t it  ? =)

Let the illustration little much or less reminds us to be more serious in doing the service mission or evangelism. Let’s not assume that our tasks are end when we tell people about the good news of salvation, because we have to do it until people whom we tell the good news are accept and call Jesus as savior in their hearts.


God bless you