English Version
Seperti biasa, bila merasa suntuk dengan lingkungan kerja, saya memilih untuk keluar dan pergi ke sebuah cafe ataupun restoran cepat saji untuk melanjutkan kerja saya disana. Yang penting tempatnya ber-AC, memiliki sambungan internet wireless (wi-fi), tidak berbau asap rokok, dan ada iringan musik yang membuat relax sudah cukup untuk menjadi tempat alternatif bagiku.Dalam suatu kesempatan ketika saya berada di sebuah restoran cepat saji, saya mengalami suatu kejadian yang benar-benar menarik. Ketika sedang antri untuk memesan makanan, di depan saya sedang satu grup 3 orang pemuda yang sedang dilayani. Terlihat jelas dari penampilan mereka bahwa mereka bukan dari golongan berekonomi rendah. Setelah membayar dan sambil menunggu makanan mereka disiapkan, salah satu dari mereka menunjuk pada teman-temannya yang lain sebuah kotak sumbangan amal yang terletak di depan mesin kasir. Jujur saya penasaran untuk melihat respon mereka.
Wah, lumayan, mereka ternyata mulai membuka dompet mereka. Dalam hati saya benar-benar salut pada mereka. Belum sampai semenit saya kagum dengan mereka, saya merasa terkejut. Ternyata mereka mengumpulkan uang logam yang ada di dompet mereka untuk disumbangkan.
Ok, saya tetap respek terhadap niat maupun pemberian mereka. Akan tetapi yang membuat saya merasa sedikit "kecewa" adalah, di tengah-tengah kondisi mereka, ternyata memberi sumbangan merupakan porsi sisa dalam diri mereka. Dibandingkan dengan gadget-gadget yang mereka bawa, maupun isi dompet mereka (eits, saya tidak mengintip, hanya berasumsi), saya percaya uang logam yang jumlahnya tidak sampai sepuluh keping tersebut bukanlah bukanlah bukti niat memberi mereka.
Dalam Yohanes 3:16, Allah telah menunjukkan pada kita apa arti dari memberi dengan hati. Ia memberikan AnakNya yang tunggal, yang jelas merupakan gambaran dari sesuatu yang PALING berharga. Di bagian lain dalam Alkitab, Yesus juga mengajarkan kepada kita bagaimana sikap kita dalam memberikan persembahan
"Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Markus 12:41-44)
Satu hal yang ingin saya tekankan disini, bahwa persembahan tidak harus selalu tertuju pada kantong persembahan di gereja.
"Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Matius 25:40)
Karena itu, terlepas dari pertanggung jawaban akan pengelolaan persembahan/sumbangan tersebut, adalah bagaimana sikap hati kita dalam memberikan persembahan itu sendiri. Apakah benar-benar tulus dan penuh kasih, ataukah alakadarnya. Dan jangan lupa tentunya untuk meminta hikmat pada Tuhan agar persembahan kita juga tidak menjadi sia-sia.
Tuhan Yesus Memberkati
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
As usual, when I reach my limit in the work, I choose to get out and go to a cafe or fast food restaurants to continue my work there. As long the place has air-conditioner, wi-fi, non-smoking area, and music that makes me relax enough, that place can be alternative working place for me.
One day, when I was burnout with my works and decide to go to fast food restaurant, I saw something that was really interesting. While I was queuing to order food, in front of me was a group of three young men who are being served. It is obvious from their appearance that they are not come from low income background. After paid and waited for their food being prepared, one of them pointed a charity donation box located in front of the cash register to his friends. I was curious to see their response.
Well, then they started to open their wallets. In my heart, I really applaud them, but a minute haven’t passed yet since I was impressed with them, the feeling changed into a shock. Apparently they collected coins in their wallets to donate.
Ok, I still respect their intention and willingness to give. But what makes me feel a little bit "disappointed" is the fact with their conditions they just gave a “leftover” from their money. Compared with the gadgets they carried, as well as the contents of their wallets (eits, I did not peek, just assume), I believe the less than ten pieces coins which they donated wasn’t an evidence of good intention of giving.
In John 3:16, God has shown us what the meaning of giving with the heart by gave His only son, who is clearly a something that MOST valuable. In other verses of the Bible, Jesus also teaches us how our attitude should be when doing the offerings.
"Jesus sat down opposite the place where the offerings were put and watched the crowd putting their money into the temple treasury. Many rich people threw in large amounts. But a poor widow came and put in two very small copper coins, worth only a few cents. Calling his disciples to him, Jesus said, "Truly I tell you, this poor widow has put more into the treasury than all the others. They all gave out of their wealth; but she, out of her poverty, put in everything—all she had to live on" (Mark 12:41-44)
One thing I want to emphasize here, an offering should not necessarily end up in the church’s offering bags.
"The King will reply, ‘Truly I tell you, whatever you did for one of the least of these brothers and sisters of mine, you did for me'" (Matthew 25:40)
Therefore, regardless of how our offering / donations will be managed later on, our attitude and heart in doing an offering is the most important. Whether our heart is really sincere and loving, or as-is in doing an offering? And, of course do not forget to ask God for wisdom so that our offering won’t be in vain.
God bless you.