May 24, 2012

Not the leftover

English Version

Seperti biasa, bila merasa suntuk dengan lingkungan kerja, saya memilih untuk keluar dan pergi ke sebuah cafe ataupun restoran cepat saji untuk melanjutkan kerja saya disana. Yang penting tempatnya ber-AC, memiliki sambungan internet wireless (wi-fi), tidak berbau asap rokok, dan ada iringan musik yang membuat relax sudah cukup untuk menjadi tempat alternatif bagiku.

Dalam suatu kesempatan ketika saya berada di sebuah restoran cepat saji, saya mengalami suatu kejadian yang benar-benar menarik. Ketika sedang antri untuk memesan makanan, di depan saya sedang satu grup 3 orang pemuda yang sedang dilayani. Terlihat jelas dari penampilan mereka bahwa mereka bukan dari golongan berekonomi rendah. Setelah membayar dan sambil menunggu makanan mereka disiapkan, salah satu dari mereka menunjuk pada teman-temannya yang lain sebuah kotak sumbangan amal yang terletak di depan mesin kasir. Jujur saya penasaran untuk melihat respon mereka.

Wah, lumayan, mereka ternyata mulai membuka dompet mereka. Dalam hati saya benar-benar salut pada mereka. Belum sampai semenit saya kagum dengan mereka, saya merasa terkejut. Ternyata mereka mengumpulkan uang logam yang ada di dompet mereka untuk disumbangkan.

Ok, saya tetap respek terhadap niat maupun pemberian mereka. Akan tetapi yang membuat saya merasa sedikit "kecewa" adalah, di tengah-tengah kondisi mereka, ternyata memberi sumbangan merupakan porsi sisa dalam diri mereka. Dibandingkan dengan gadget-gadget yang mereka bawa, maupun isi dompet mereka (eits, saya tidak mengintip, hanya berasumsi), saya percaya uang logam yang jumlahnya tidak sampai sepuluh keping tersebut bukanlah bukanlah bukti niat memberi mereka.

Dalam Yohanes 3:16, Allah telah menunjukkan pada kita apa arti dari memberi dengan hati. Ia memberikan AnakNya yang tunggal, yang jelas merupakan gambaran dari sesuatu yang PALING berharga. Di bagian lain dalam Alkitab, Yesus juga mengajarkan kepada kita bagaimana sikap kita dalam memberikan persembahan

"Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Markus 12:41-44)

Satu hal yang ingin saya tekankan disini, bahwa persembahan tidak harus selalu tertuju pada kantong persembahan di gereja.

"Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Matius 25:40)

Karena itu, terlepas dari pertanggung jawaban akan pengelolaan persembahan/sumbangan tersebut, adalah bagaimana sikap hati kita dalam memberikan persembahan itu sendiri. Apakah benar-benar tulus dan penuh kasih, ataukah alakadarnya. Dan jangan lupa tentunya untuk meminta hikmat pada Tuhan agar persembahan kita juga tidak menjadi sia-sia.


Tuhan Yesus Memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

As usual, when I reach my limit in the work, I choose to get out and go to a cafe or fast food restaurants to continue my work there. As long the place has air-conditioner, wi-fi, non-smoking area, and music that makes me relax enough, that place can be alternative working place for me.

One day, when I was burnout with my works and decide to go to fast food restaurant, I saw something that was really interesting. While I was queuing to order food, in front of me was a group of three young men who are being served. It is obvious from their appearance that they are not come from low income background. After paid and waited for their food being prepared, one of them pointed a charity donation box located in front of the cash register to his friends. I was curious to see their response.

Well, then they started to open their wallets. In my heart, I really applaud them, but a minute haven’t passed yet since I was impressed with them, the feeling changed into a shock. Apparently they collected coins in their wallets to donate.

Ok, I still respect their intention and willingness to give. But what makes me feel a little bit "disappointed" is the fact with their conditions they just gave a “leftover” from their money. Compared with the gadgets they carried, as well as the contents of their wallets (eits, I did not peek, just assume), I believe the less than ten pieces coins which they donated wasn’t an evidence of good intention of giving.

In John 3:16, God has shown us what the meaning of giving with the heart by gave His only son, who is clearly a something that MOST valuable. In other verses of the Bible, Jesus also teaches us how our attitude should be when doing the offerings.

"Jesus sat down opposite the place where the offerings were put and watched the crowd putting their money into the temple treasury. Many rich people threw in large amounts. But a poor widow came and put in two very small copper coins, worth only a few cents. Calling his disciples to him, Jesus said, "Truly I tell you, this poor widow has put more into the treasury than all the others. They all gave out of their wealth; but she, out of her poverty, put in everything—all she had to live on" (Mark 12:41-44)

One thing I want to emphasize here, an offering should not necessarily end up in the church’s offering bags.

"The King will reply, ‘Truly I tell you, whatever you did for one of the least of these brothers and sisters of mine, you did for me'" (Matthew 25:40)

Therefore, regardless of how our offering / donations will be managed later on, our attitude and heart in doing an offering is the most important. Whether our heart is really sincere and loving, or as-is in doing an offering?  And, of course do not forget to ask God for wisdom so that our offering won’t be in vain.


God bless you.

May 16, 2012

Once and for all

English Version

Seorang teman pernah menceritakan tekanan batin yang dialaminya kepada saya. Setelah menceritakan itu semua, saya cukup dikejutkan bahwa ia merasa bahwa dirinya percuma menjadi seorang Kristen.
"Percuma, setelah dibaptis, saya tetaplah seorang yang suka berbohong"

Mungkin tidak jarang diantara kita juga berpikiran seperti itu.

"Kenapa Tuhan seakan-akan meninggalkan kita, atau bahkan menolak kita setelah kita mengambil keputusan untuk mengikut Dia ?"

Oops...harus saya akui, ini sangat sering terjadi pada diri kita sebagai umat Kristiani, baik dari pikiran kita sendiri, ataupun keluar dari mulut orang lain. Satu hal yang ingin saya tekankan disini, yaitu bahwa itu semua bukan dari Tuhan kita. Tidak percaya ?

Pertobatan kita mendatangkan sukacita bagi seisi surga karena kita telah kembali kepadaNya.

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan" (Lukas 15:7)

Dengan sukacita yang dialami seisi surga, akankah Tuhan membiarkan kita begitu saja ?

Mengapa kita masih saja melakukan dosa lama kita ?
Karena dalam dunia ini kita masih hidup dengan tubuh daging kita yang memang sudah diikat dengan dosa.

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Matius 26:41)

Hah ? masih diikat dengan dosa ? Lalu bagaimana dengan kematian Tuhan Yesus yang katanya membebaskan kita dari ikatan dosa ? Benar! Kematian Tuhan Yesus membebaskan ROH/JIWA kita dari ikatan dosa, BUKAN tubuh daging kita.

"Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Filipi 3:20-21)

Tertulis jelas bahwa tubuh kita (yang hina...alias berdosa) akan diubahkan nantinya saat kita berada di sorga.

Lalu apa yang SEHARUSNYA membedakan kita antara sebelum dan sesudah menerima Yesus sebagai Juru Selamat kita ?
Rasa penyesalan setelah melakukan dosa dan sifat alami kita yang tidak suka dengan dosa. Sifat Allah yang kudus bertolak belakang dengan sifat dosa. Karena itu sudah sewajarnya bila kita sudah menerima Yesus dalam hidup kita, kita menjadi "jijik" akan dosa.

Tetapi kawan, sialnya kita masih hidup dalam dunia yang tenggelam dalam dosa. Kita masih terus berada dalam perang iman melawan dosa yang selalu siap untuk menarik kita jatuh maupun iblis yang ingin membuat kita merasa percuma untuk percaya kepada Tuhan, dan meninggalkanNya.

"Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12)

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis , berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8)

Karena itu, mari kita tetap berjuang dengan mengenakan perlengkapan senjata Allah (Efesus 6:11-18) untuk menghadapi segala tipu muslihat iblis.

Bila kita jatuh, datanglah kembali kepadaNya dengan penyesalan dan meminta ampun padaNya. Tuhan Yesus mengasihi kita dengan kasih yang tanpa syarat (kasih Agape) --> bukan dengan syarat "kalau kita tidak pernah berbohong", dll.

Ia memang mencari dan menerima kembali kita yang berdosa

"Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10)

"Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang" (Matius 12:20)


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

A friend once told me that they experienced a distress. After listened to him, I was quite surprised that he felt it was useless to be a Christian. "It's useless, after being baptized; I’m still a liar"

Perhaps it is common for us to think like that.

"Why God seems to leave us, or even reject us after we took the decision to follow Him ?"

Oops ... I must admit, this is very often happens to us as Christians, whether from our own minds, or from others. One thing I want to emphasize here, those are not from our Lord. Do not believe ?

Our repentance brings a joy to the whole heaven because we have returned to Him.

"I tell you that in the same way there will be more rejoicing in heaven over one sinner who repents than over ninety-nine righteous persons who do not need to repent" (Luke 15:7) 

With the joy experienced by the whole heaven, will God stay still seeing us like that ?

Why do we still have our old sin ?
Because in this world we still live in our flesh which is already bound by sin.

“Watch and pray so that you will not fall into temptation. The spirit is willing, but the flesh is weak" (Matthew 26:41) 

Huh ? Still bound by sin ? What about Jesus who died on the cross in order to freed us from the bondage of sin ? True! The death of Jesus frees our SPIRIT / SOUL from the bondage of sin, NOT our body of flesh.

"But our citizenship is in heaven. And we eagerly await a Savior from there, the Lord Jesus Christ, who, by the power that enables him to bring everything under his control, will transform our lowly bodies so that they will be like his glorious body" (Philippians 3:20-21) 

That was clearly written that our bodies (the despicable ... aka sinners) will be changed later on when we were in heaven.

So what SHOULD distinguish us before and after receiving Jesus as our Savior ?

A sense of remorse after we do something sinful and a natural sense of not like a sin. God's holy attribute is contrary to the nature of sin. So that it becomes a natural when we accepted Jesus in our lives, then we become "sick" of sin.

But guys, unfortunately we still live in a world drowning in sin. We still continue to be in a faith-fighting against sin which is always ready to pull us down and the devil who wants us to feel useless by believing God, and in result, finally, letting Him off.

"For our struggle is not against flesh and blood, but against the rulers, against the authorities, against the powers of this dark world and against the spiritual forces of evil in the heavenly realms" (Ephesians 6:12)

"Be alert and of sober mind. Your enemy the devil prowls around like a roaring lion looking for someone to devour" (1 Peter 5:8) 

Therefore, let us continue fighting by wearing armor of God (Ephesians 6:11-18), and deal with all the machinations of the Devil.

When we fall, come back to Him in repentance and ask forgiveness of Him. Jesus loves us with unconditional love (agape love) -> without any condition includes "if we do not ever lie", etc.

He seeks and receives us, the sinful people, back.

"For the Son of Man came to seek and save the lost" (Luke 19:10)

"A bruised reed he will not break, and a smoldering wick he will not snuff out, till he has brought justice through to victory" (Matthew 12:20)


God bless you

Pray all the time

English Version

Dalam serial TV Blue Bloods, sering ditayangkan bagaimana keluarga Reagan sering duduk bersama untuk menikmati makan malam untuk menutup aktivitas mereka di hari itu. Mereka membagikan cerita dan pengalaman akan apa yang terjadi pada hari itu kepada seluruh anggota keluarga dan yang membuatku cukup terkagum, walaupun entah itu hanya tuntutan skenario ataupun sesuatu yang "normal" untuk disertakan, tetapi selalu ada sesi doa bersama sebelum makan malam dimulai. Doa tersebut akan dipimpin oleh salah satu anggota keluarga, ataupun secara bergiliran. Terlebih daripada itu, doa itu tidak mereka ucapkan seperti mantra yang dihafalkan. Mereka terlihat begitu menikmati sesi doa tersebut.

Seperti itulah seharusnya doa bagi kita yang mengaku umat Kristen. Sebuah momen pribadi dengan Allah Bapa kita yang tidak menuntut ini dan itu. Tetapi seringkali doa justru ditakuti oleh banyak orang dengan berbagai alasan.

Pada blog kali ini, saya akan menulis beberapa poin untuk membantu.

Doa adalah nafas hidup orang percaya
Sering kita mendengar akan slogan ini. Saya pun juga, walaupun tidak tahu dari mana atau siapa yang mengatakan untuk pertama kalinya. Dan herannya, selalu "nafas" yang dipakai. Bukan makanan, maupun minuman. Well, harus kita akui bahwa hidup kita tergantung pada nafas kita. Itu menunjukkan bahwa sebagai orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, kita tidak dapat terlepas dari kehidupan doa kita.

"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu" (Lukas 18:1)

"Tetaplah berdoa" (1 Tesalonika 5:17)


Doa bukanlah sebuah mantra yang harus dihafalkan dan diulang setiap kalinya
"Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30)
Doa yang kita ucapkan, ditujukan kepada Bapa kita. Ya, BAPA. Sebuah sebutan yang umum, sama seperti kita memanggil suami dari ibu kita. Yesus sendiri mengajarkan Doa Bapa Kami kepada kita dalam Matius 6:9-13, yang dimulai dengan "Bapa kami yang di surga". Itu menunjukkan sebuah hubungan yang dekat antara bapa dengan anak. Nah, dalam kehidupan kita sehari-hari, apakah kita juga akan menghafalkan apa yang akan kita komunikasikan dengan ayah biologis kita ? Atau selalu mengulang-ulang perkataan yang sama ?


Doa tidak memerlukan bahasa yang tertata rapi maupun berlevel tinggi
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati" (1 Samuel 16:7)
Doa bukanlah suatu aktifitas lips service. Allah tidak mempedulikan tingkat intelektual kita dalam doa. Ia tidak melihat apa yang yang manusia lihat (ataupun dengar).  Ia melihat isi hati kita. Jadi berdoalah sesuai dengan apa yang hati kita ingin katakan.


Masih kurang cukup membantu ?
Mari kembali saya ajak kita untuk berpikiran secara rasional.
Alkitab menuliskan bahwa Yesus mengajak kita semua untuk datang kepadaNya...yeah, melalui doa tentunya.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28)

Dalam kalimat itu tertulis jelas "semua", tanpa terkecuali. Ia tidak memberikan syarat-syarat untuk datang kepadaNya seperti:

* Semua yang pandai merangkai kata
* Dalam bahasa tertentu
* Di tempat tertentu
* Dengan menggunakan benda-benda tertentu
* Pada waktu-waktu tertentu
* Dan lain sebagainya

Cukup dengan mengarahkan hati kita kepadaNya, dan ungkapkan semua yang ingin kita katakan.

Lalu, apa yang seharusnya menjadi isi doa kita ? Well, setelah kita mengetahui bahwa doa merupakan momen kita bercakap-cakap dengan Tuhan sesuai isi hati kita, kita dapat menggunakan doa sebagai :
* Penyembahan
* Penyesalan dan pengakuan dosa
* Ucapan syukur
* Permintaan
* atau bahkan, hanya sekedar bercerita/sharing dengan Tuhan kita (WOW !!!)

Namun ada kalanya kondisi kita tidak memungkinkan untuk berdoa. Entah karena perasaan emosi yang terlalu ekstrim, atau alasan apapun. Tetaplah berdoa, karena dalam diri kita sebagai orang percaya, Allah telah mengirimkan Roh Kudus, yang dapat membantu kita untuk berdoa.

"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus" (Roma 8:26,27)

Karena itu kawan, kapanpun, dimanapun, dan apapun itu, tetaplah berdoa.

Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

In the Blue Bloods, TV series, The Reagans would sit together to enjoy a dinner after done their activities. They share stories and experiences which they got on that day to the whole family. One thing that makes me quite stunned, there is always a prayer to start dinner. Whether it’s just a scenario or something “normal” to be included in the dinner scene, it’s still make me amazed. Prayer will be led by one family member or by turns. More interesting, it looks like they’re enjoying the prayer session so much, they’re not saying a pray like saying a “mantra” or something repetition.

The way The Reagans pray is how exactly we, who claim as a Christian, are supposed to pray. Pray is a private moment with our Father, who doesn’t demand this and that. Sadly, prayer moment is often feared by many people with various reasons of it.

On this blog, I’ll write a few points to help us.

Prayer is the breath of the soul
We often hear this slogan, even though for myself, I don’t know who, where, and when the first time I heard it. Interestingly, "breath" is the word that always been used, neither food nor beverage. Well, we must admit that our lives depend on our breath. That suggests people who claim to believe in God, cannot be separated from our “breath’, in this case is prayer life.

"Then Jesus told his disciples a parable to show them that they should always pray and not give up" (Luke 18:1)

"Pray continually" (1 Thessalonians 5:17)


Prayer is not a mantra that must be memorized and repeated every time
"I and the Father are one" (John 10:30)
Our prayers is addressed to our Father. Yes, a Father. A common designation, just as we called a husband of our mother. Jesus himself taught us The Lord's Prayer in Matthew 6:9-13, which begins with "Our Father in heaven…" It shows a close relationship between father and child. Well, in our daily lives, will we memorize what we’re going to say to our biological father or constantly repeating the same words?


Prayer does not require a language that well-organized and high level
"The Lord does not look at the things people look at. People look at the outward appearance, but the Lord looks at the heart" (1 Samuel 16:7)
Prayer is not a lips service activity. God does not care about our intellectual level in prayer. He does not see what the man sees or hears. He sees our heart's content. So let’s pray according to what our heart wants to say.


Still not enough to help?
Let me invite you to think rationally.
The Bible records that Jesus invites us to come to Him ... yeah, through the prayers of course.

"Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest" (Matthew 11:28)

In the sentence was clearly written "all", without exception. He did not give the conditions for people to come to Him, like:

* All who are good at stringing words
* In a certain language
* In certain places
* By using certain objects
* At certain times
* And so forth

Just by focusing our hearts and minds to Him, and express all what we want to say is enough.

So, what should be the content of our prayers?
Well, after we know that prayer is the moment when we talk to God according to our hearts content, we can use prayer as:
* Worship
* Repentance and confession of sins
* Gratitude
* Request
* Or even just telling / sharing with our Lord (WOW!)

But there are times when conditions do not allow us to pray, whether because of emotional feelings that are too extreme or other reason. Keep praying, because inside us the believers, God has sent the Holy Spirit who can help us to pray.

"In the same way, the Spirit helps us in our weakness. We do not know what we ought to pray for, but the Spirit himself intercedes for us through wordless groans. And he who searches our hearts knows the mind of the Spirit, because the Spirit intercedes for God’s people in accordance with the will of God"(Romans 8:26,27)

That’s why friends… whenever, wherever, and whatever it is, keep praying.

God bless you

May 14, 2012

Meaning Of Life

English Version

Peringatan: Blog ini akan menyinggung tentang kecelakaan Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei 2012

Padahal belum lama ini saya menulis blog tentang kecelakaan pesawat yang telah lama terjadi di Indonesia, hari ini saya kembali menuliskan kembali tentang kecelakaan sebuah pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang diuji coba yang terjadi pada Rabu, 9 Mei 2012 karena menabrak gunung Salak di daerah Jawa Barat.

Saya bukan ingin menjadi seorang detektif yang ingin menyelidiki dan membahas tentang kecelakaan ini. Bukan juga ingin menjadi seorang ilmuwan atau ahli pesawat yang mengomentari tentang ini dan itu. Saya hanya ingin menulis blog ini, untuk sekedar melihat kembali, siapa diri kita ini.

Kejadian akan kecelakaan pesawat itu menyisakan pertanyaan besar pada diri saya, apa yang harus saya perbuat dalam hidup ini untuk menyelamatkan diri saya. Sebuah pesawat baru, yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang biasa merakit pesawat, dikendarai oleh pilot yang cukup berpengalaman, dengan rute normal yang biasa dijalani. Semuanya tampak sangatlah normal. Tidak ada satupun yang secara kasat mata terlihat diluar kebiasaan. Tetapi kali ini kita harus mengakui bahwa faktor-X tetaplah menjadi suatu hal yang tidak dapat kita atur.

Kalau begitu, setujukah anda bila saya mengatakan bahwa alangkah rapuhnya hidup kita ini ? Ingin rasa hati untuk mengambil keputusan tidak akan pernah naik pesawat lagi. Tapi kalau kita mau bicara secara jujur dan logis, juga tidak akan membuat kita hidup selamanya. Maafkan kalau saya harus berbicara dengan tidak sopan bahwa kecelakaan pun bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kereta api, bis, bahkan mengendarai mobil biasa pun bisa saja terhantam oleh kecelakaan.

"Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu ? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap" (Yakobus 4:14)

"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan" (Ayub 14:1-2)

Lalu, pernahkah kita terpikir tentang hidup ini ? Apa sebenarnya arti dari hidup ini ? Atau siapakah diri kita ini sebenarnya ? Banyak orang yang dengan seenaknya memandang rendah orang lain. Dengan seenaknya mereka membentak-bentak, mengacuhkan, bahkan menghina melalui perkataan dan tindakan hanya dikarenakan beberapa status mereka yang lebih baik. Entah status dompet, status pendidikan, atau apapun. Apa mereka lupa, bahwa hidup mereka pun sama sebenarnya dengan orang yang mereka hina itu. Harta, kepintaran, maupun tenaga mereka akan sama tidak bergunanya untuk menentukan kapan mereka mau hidup dan mati ?

Kawan, jadikan hidupmu lebih berarti, memiliki kepastian dan harapan.
Dan semuanya itu hanya ada dalam Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus lah ada jaminan dan pengharapan akan kehidupan kekal kita nantinya. Ingatlah bahwa kehidupan ini tidak berakhir di dunia yang kita tinggali ini. Akan ada kehidupan kekal yang menanti kita setelahnya.

Kita hanya akan ada untuk sementara dalam dunia yang penuh ketidak jelasan dan tiada kepastian ini.
Namun kita masih memiliki kesempatan, untuk bisa menentukan kehidupan kekal kita selanjutnya.

Datanglah pada Yesus =)


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Warning: This blog contents will pertain the crash of Sukhoi Superjet 100 on May 9, 2012

It hasn’t been too long since I wrote a blog about the plane crash that occurred in Indonesia. Today, I am writing again about another plane crash. This time is about Sukhoi Superjet 100 which hit the Mt. Salak in West Java. The accident occurred on Wednesday, May 9, 2012 when the plane was being tested.

I’m neither wants to be a detective who investigate and discuss about this accident, nor to be an expert who is commenting about this and that. I just wanted to write this blog, to reexamine who we really are.

Incident of plane crash leaves a big question to me, what should I do in life in order to save myself? It is a new aircraft which was manufactured by an assembling plane company. It’s also was driven by a fairly experienced pilot, with the normal route. Everything seemed very normal. There’s nothing looks unusual in the ‘outside.’ But this time we must recognize that there is X-factor that remains to be an uncontrolled factor.

If so, will you agree with me that our lives are so fragile? Deep inside, I really want to decide for not taking any flight again. Still, if I won’t take any plane again, logically and honestly speaking, it won’t make me live forever or avoid the accident that might happens. I’m sorry to say, but if I have the right to speak offensively, accidents can happen anytime and anywhere. By taking trains, buses, and even driving a regular car could get me into accident.

"Why, you do not even know what will happen tomorrow. What is your life? You are a mist that appears for a little while and then vanishes" (James 4:14)

"Mortals, born of woman, are of few days and full of trouble. They spring up like flowers and wither away; like fleeting shadows, they do not endure" (Job 14:1-2)

So, have we ever thought about life? What is exactly the meaning of life? Or who we are? There are so many people who are easily looking down upon others. They’re falsely yelling, ignoring, insulting others through words and actions just because some of them have better status, either the wallet status, or educational status, etc. Do they forget that they are actually the same with people who are being insulted and looked down. They are all the same, because there’s nobody can escape when the time for death is come, despite of their economic status, intelligence and power that they might possess.

Friend, let’s make our life more meaningful, by having certainty and hope...which is only in Jesus Christ. Only in Jesus, there is a guarantee and hope of eternal life waiting for us. Remember that this life does not end in the world where we live today. There will be an eternal life awaits us after this.

We will only exist for a while in a world full of obscurity and there is no certainty of this.
But we still have a chance, to make out the rest of our eternal life.

Come to Jesus =)


God bless you

May 10, 2012

Dare To Be Different

English Version

Ditulis ulang dari sumber:
- Pdt. Piet Alfons Sakul (GKA Agape), 6th May 2012

 
Dalam berbagai cerita fiksi kepahlawanan, dapat kita lihat bahwa para tokoh tersebut benar-benar menyadari siapa diri mereka dan tujuan mereka. 

Kotaro Minami, karakter dibalik sosok Ksatria Baja Hitam, tahu bahwa dirinya memiliki panggilan dan tanggung jawab untuk menyelamatkan dunia.

Clark Kent, Superman, tahu bahwa dirinya lemah terhadap kryptonyte.

Walaupun hidup mereka menjadi aneh dan sangat berbeda dengan orang lain pada umumnya, mereka tetap menerima hal tersebut karena mereka tahu bahwa melakukan tanggung jawab tersebut adalah tanggung jawab hidup mereka. Mengetahui diri sendiri, sadar dan menerima tanggung jawab, kelemahan, maupun kelebihan adalah kunci untuk menjadi seorang "pahlawan"

Sebagai umat Kristiani, Allah telah memberikan amanat agungNya kepada kita dalam Matius 28:19-20, yaitu supaya kita pergi memberitakan Injil dan menyelamatkan jiwa-jiwa dalam dunia ini. Sayangnya, medan pertempuran yang kita hadapi bukanlah arena yang mau kompromi dengan kita. Karakter dari dunia yang sudah penuh dosa ini, sangat berbeda dengan sifat kekudusan Allah kita. Bahkan Yesus sendiri telah mengatakan hal itu, jauh sebelum dunia berada dalam kondisi seperti saat ini.

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala" (Matius 10:16)

"Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala" (Lukas 10:3)

Karena itu, sudah jelas bahwa langkah awal untuk melaksanakan amanat agung, kita tidak boleh menjadi sama dengan dunia ini. Kita justru harus tetap ingat dan sadar akan siapa diri kita sebenarnya.
Nah...masalahnya apakah kita tahu siapakah diri kita ??

Garam Dunia

 "Kamu adalah garam dunia" (Matius 5:13)

Hampir dalam setiap masakan, garam selalu ada dalam resepnya. Tidak bisa disangkal bahwa garam memang sangat dibutuhkan dalam dapur kita. Garam sangat mempengaruhi rasa masakan kita karena keasinan alaminya. Walaupun ia larut dalam makanan, tetapi tetap saja rasa asin dari garam tersebut tidak dapat ditutupi oleh rasa lain.

Kita adalah garam dunia, yang bertugas untuk mempengaruhi dunia ini dengan sifat (keKristenan) kita, bukan malah justru kita menjadi serupa dengan dunia ini.

Terang Dunia

"Kamu adalah terang dunia" (Matius 5:14)

"Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:15-16)

Kita juga disebut sebagai terang dalam dunia ini, yang bertujuan untuk menerangi kegelapan dunia.

Bayangkan kita berada dalam suatu ruangan yang gelap. Lalu tiba-tiba ada sumber cahaya yang menyala di salah satu pojok ruangan tersebut. Secara otomatis kita akan melihat ke arah cahaya itu, dan sangat mungkin kita akan mendekat ke sumber cahaya tersebut agar kita bisa melihat sekeliling kita.

Demikian juga peran kita dalam dunia ini. Kita dituntut menjadi pusat perhatian dengan perbuatan baik kita, agar semua orang melihat kita dan bahkan mau mengikut Allah Bapa kita yang menjadi sumber terang dalam hidup kita.

Namun tentu saja hal itu tidak semudah berhitung 1, 2, 3. Menjadi berbeda dengan dunia ini yang dengan gencarnya menawarkan berbagai macam kenikmatan duniawi, dengan cara yang halus memaksa kita untuk ikut hanyut didalamnya. Mampukah kita menjadi berbeda dengan dunia ini sehingga dapat melakukan amanat agung tersebut ?

1) Tidak menggunakan kekuatan kita sendiri. Senjata kita bukanlah dengan darah daging kita ini tetapi dengan pertolongan dari Allah.

"Roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Matius 26:41)

2) Menyadari bahwa diri kita itu lemah, sehingga kita benar-benar berserah kepada Tuhan

3) Menyadari kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Hitung berkat-berkatnya selama ini, dan mengucap syukur padaNya senantiasa atas segala hal. Percaya bahwa Tuhan itu ada, dan Dia sangat peduli terhadap hidup kita.

4) Selalu dekat dengan Tuhan melalui doa dan saat teduh kita, agar kita semakin mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita

"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku" (Yohanes 15:4)


Tuhan memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Rewritten from the source:
- Rev. Piet Alfons Sakul (GKA Agape Surabaya), May 6th, 2012

In fictional stories of heroism, we can see that the lead characters know themselves and mission really well.

Kotaro Minami, the character behind the Kamen Rider Black, knows that he has a calling and responsibility to save the world.

Clark Kent, Superman, knows that he is weak against kryptonyte.

Even though their lives become extraordinary and very different compared to common people, they still do it because they know to do all of those are a part of their lives. Get to know yourself, includes aware and accept your calling, weakness, and strength, is the key to be a “hero”.

As Christians, God gives us the glorious holy mission which is written on Matthew 28:19-20, that we should go preaching the gospel and saving souls in this world. Unfortunately, the battle we’re facing is not the arena that can compromise with us. Character of the world that full of sin is very different from the holiness nature of our God. Even Jesus himself had said it, long before the world is in its present state.

"I am sending you out like sheep among wolves" (Matthew 10:16)

"Go! I am sending you out like lambs among wolves" (Luke 10:3)

Therefore, it is clear that the first step to carry out the great mission, we should not be the same with this world. And to be different, firstly we must remember and be aware of who we really are.
Well the problem is…do you know who you really are??

Salt of the Earth

"You are the salt of the earth" (Matthew 5:13)

Almost in every dish, salt is almost in every recipe. It is undeniable that the salt is a must item in our kitchen. We all know that salt can affect our cooking so much, because its nature taste. Although salt is dissolve in the food, but still the salty taste of the salt cannot be covered by the other flavors.

In our context, we are the salt of the earth whose traits is to influence this world with our (Christianity) traits. It is not right when we are affected by the world and be the same with others.

Light of the World

"You are the light of the world" (Matthew 5:14)

"Neither do people light a lamp and put it under a bowl. Instead they put it on its stand, and it gives light to everyone in the house.  In the same way, let your light shine before others, that they may see your good deeds and glorify your Father in heaven" (Matthew 5:15-16)

We also referred as the light in this world, who aims to illuminate the darkness of the world.

Imagine we are in a dark room. Then suddenly there are light sources that light up in one corner of the room. We will automatically look towards to the light, and more likely we will get closer to the light source so that we can see our surroundings.

It is similar to our role in this world. We are required to be the center of attention by our good deeds, so that all people can see us and want to follow God, our Father who is the light source of our lives.

Of course it's not as easy as counting 1, 2, 3. It would be hard to be different from the world that onslaught offers us a wide range of worldly pleasures, in a subtle way to force us drifting with it. Can we be different from the world so that we can do the holy mission He gave us?

1) Does not use our own strength. Our weapons are not in our flesh and blood but with the help of God.

"The spirit is willing, but the flesh is weak" (Matthew 26:41)

2) Realize that we are weak so that we truly surrender to God

3) Recognize the goodness of God in our lives. Count your many blessings from Him, and always give thanks for everything. Believes that God is exist, and really care about our lives.

4) Always stay close to God through prayer and our quiet time, so we are getting to understand what God wants in our lives

"Remain in me, as I also remain in you. No branch can bear fruit by itself; it must remain in the vine. Neither can you bear fruit unless you remain in me" (John 15:4)


God bless

May 2, 2012

Thou Shall Not Stress

English Version

Referensi:

Ditulis ulang dari sumber:
- Ev. Paulus Chendi (GKA Agape), 29th April 2012


Musuh terbesar dalam hidup ini adalah diri kita sendiri. Tidak salah bila kita mau mengatakan hal itu.
Kita bisa dengan mudah membereskan masalah-masalah dalam pekerjaan, sekolah, rumah tangga, tapi tidak banyak orang yang mampu membereskan masalah dalam hidupnya, terutama STRESS dan MARAH

STRESS dan MARAH hampir menjadi makanan kita sehari-hari dalam kehidupan modern ini.
Kemacetan di jalanan, suasana sekolah/kantor/rumah yang tidak nyaman, masalah-masalah yang menghantui sering membuat kita stress dan menaikkan amarah kita.
Padahal bila kita pikir secara sadar, tidak ada untungnya seseorang menjadi stress maupun marah.

Dalam sebuah cerita dikisahkan Sinbad si pelaut terdampar di sebuah pulau. Karena panasnya cuaca pada saat itu, ia mencari kelapa sebagai pelepas dahaga (air laut kan asin -_-") Setelah berjalan mengitari pulau itu, ia menemukan sebuah pohon kelapa dengan beberapa buah yang masih tergantung diatasnya.....termasuk seekor monyet yang kelihatannya menjadi penjaga pohon itu. Setiap kali berusaha memanjat ke pohon kelapa itu, monyet tersebut selalu berusaha mencakar Sinbad. Sinbad berusaha memutar otaknya. "Bagaimana yah agar aku bisa mendapatkan kelapa itu ?"
Akhirnya Sinbad menemukan jawabannya. Ia mengambil batu-batu yang dapat ia temukan, kemudian melempari monyet tersebut.
Monyet itu kemudian menjadi marah, lalu membalas lemparan Sinbad dengan.....kelapa.

Cerita sederhana yang mungkin terdengar bodoh dan konyol.
Betapa bodohnya monyet itu. Hanya karena kemarahannya, ia akhirnya kehilangan kelapanya.
Sama seperti kita bukan yang seringkali hanya memuaskan amarah kita ?
Hahaha...tidak salah kok. Menurut penelitian, emosi memang seringkali memacu kita untuk bertindak lebih cepat daripada berpikir.

Dalam sebuah bukunya, John E. Sarno, seorang profesor rehabilitasi mengatakan bahwa stress dan kemarahan dapat menimbulkan banyak penyakit dari dalam tubuh kita.
Tidak percaya ? Mari kita coba membahas hal ini dengan cara yang sederhana.

Kemarahan dapat menyebabkan:
* Jantung untuk memompa lebih cepat --> Terbukti dengan nafas kita yang menjadi cepat
* Tekanan darah akan naik --> Awas stroke !!!

Stress dapat menyebabkan:
* Susah tidur --> Karena banyaknya pikiran
* Karena susah tidur, daya tahan tubuh melemah --> Banyak penyakit bisa timbul
* Karena susah tidur, susah untuk berkonsentrasi

Lalu, apa yang harus kita lakukan ?
Pertama kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab dari kemarahan/stress kita.
Secara umum dapat kita golongkan menjadi:
- Kemarahan
- Kepahitan
- Kekhawatiran

Alkitab sebenarnya sudah dengan jelas menuliskan solusi-solusi dari semua permasalahan tersebut:

"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan" (Efesus 4:31)

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:19)

"Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan" (Mazmur 37:8)

"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbut dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26)

"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang" (Ibrani 12:15)

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian ?" (Matius 6:25)

"Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari" (Matius 6:34)

"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (1 Petrus 5:7)

# Kemarahan dan kepahitan hanya akan membawa kita kepada kejahatan (dalam bentuk dendam)
# Janganlah membawa kemarahan dan kekhawatiran kita kedalam tidur kita...(yang secara teori bila dilanjutkan, dapat mengurangi kualitas tidur kita, dan efek-efeknya dapat dilihat diatas)
# Kemarahan hanya akan membuat kita melakukan kejahatan
# Percaya bahwa hidup kita itu dipelihara oleh Tuhan

Sekarang bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai umatNya ?
FirmanNya telah memberikan solusi-solusi bagi permasalahan kita.
Ya, hanya dengan percaya bahwa hidup kita diatur sepenuhnya oleh Tuhan lah, kita dapat merasakan kedamaian itu.
Namun tidak jarang kita tahu akan hal tersebut namun tidak mau melakukannya.

Seorang penerjun payung telah berlatih cukup lama dengan seorang pelatih handal.
Ia telah diajari semua teori untuk terjun payung.
Suatu hari pada saat waktunya untuk ujian, ternyata ia meninggal setelah terjatuh dengan keras keatas tanah, setelah melompat keluar dari pesawat terbang.
Ternyata ia tidak membuka parasutnya.

Sama dengan diri kita bukan ?
Kita sudah mengerti akan bahaya dari stress dan kemarahan. Kita sudah tahu apa yang tertulis di Alkitab.
Namun seringkali kita tidak mau mengikuti "teori" yang sudah diajarkan.


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


References:

Rewritten from the source:
- Ev. Paulus Chendi (GKA Agape), April 29th, 2012



There’s a saying that the greatest enemy in our life is ourselves, and it is quite right.
We can easily take care the problems in work, school, household, but not many people are able to clear up the problem in his life, especially STRESS and ANGRY

STRESS and ANGRY are almost become our daily food in this modern life.
Traffics, the atmosphere of the school / office / home which is not comfortable, the problems which often haunt us is raising our anger and stress. If we think consciously, it is pointless if someone is stress or upset.

In one story of Sinbad is telling us that Sinbad the sailor stranded on an island. Due to the hot weather at the time, he is looking for coconut to release his thirst (ocean water is salty -_-") After walking around the island, he finds a coconut tree with some fruit still hanging on it ... ,and a monkey that seems to be the guardian of the tree. Every time Sinbad is trying to climb the coconut tree, the monkey is always trying to claw Sinbad. Sinbad tried to turn his brain. "How can I get the coconut ?"
Sinbad finally found the answer. He took the stones he could find then throw the monkey with it.
The monkey is become angry, and reply Sinbad by ... throwing coconuts.

It is a simple story that may sound stupid and ridiculous.
How stupid the monkey is. Only because of his anger, he finally lost his precious coconut.
Just exactly as we are who often only satisfy our anger, aren’t we ?
Hahaha ... I’m not saying it is wrong. According to the scientific research, emotions are often spurring us to act more quickly than our mind.

In his book, John E. Sarno, a professor of rehabilitation says that stress and anger can cause many diseases of the body.
Not believe yet ? Let us try discussing these in a simple manner.

Anger can lead to:
* Faster heart beat --> Proven with our breathing becomes more rapid
* Blood pressure will go up --> Beware of stroke!

Stress can cause:
* Hard to sleep --> Because our mind is so full
* Due to insomnia, our immunity is weakened --> Many diseases can arise
* Due to sleeping difficulty , then we’re difficult to concentrate

So, what should we do ?
First we must know what the cause of our anger or stress.
In general we can classify into:
- Anger
- Bitterness
- Concerns or Worries

In the Bible, it is clearly written the solutions to these problems:

"Get rid of all bitterness, rage and anger, brawling and slander, along with every form of malice." (Ephesians 4:31)

My dear brothers and sisters, take note of this: Everyone should be quick to listen, slow to speak and slow to become angry" (James 1:19)

"Refrain from anger and turn from wrath; do not fret —it leads only to evil" (Psalm 37:8)

""In your anger do not sin": Do not let the sun go down while you are still angry" (Ephesians 4:26)

"See to it that no one falls short of the grace of God and that no bitter root grows up to cause trouble and defile many" (Hebrews 12:15)

"Therefore I say to you: Do not worry about your life, what you will eat or drink, and do not worry too will your body, what you will wear. Is not life more important than food and the body is more important than clothes ? " (Matthew 6:25)

"Therefore I tell you, do not worry about your life, what you will eat or drink; or about your body, what you will wear. Is not life more than food, and the body more than clothes ?" (Matthew 6:34)

"Cast all your anxiety on him because he cares for you" (1 Peter 5:7)

# Anger and bitterness will only lead to evil (in the form of revenge)
# Do not take our anger and fears into our bed ... (which in theory if follow, can reduce the quality of our sleep, and their effects can be seen above)
# Anger will only make us commit a crime
# Believe that life is taken care by God

Now what about us who claim to be His people ?
His words has been providing solutions for our problems.
Yes, only by believing that Lord will always taking care of our life, then we can feel a peace.
Unfortunately, often we know about it but don’t want to do it.

A paratrooper has been practicing for a long time with a good coach.
He has been taught all the theories for parachuting.
One day when the time for examination, he died because of a severe fall onto the ground after jumping out of airplanes. Apparently, he did not open his parachute.

Apparently, it’s the same as us, isn’t it ?
We already know the dangers of stress and anger. We already know what is written in the Bible.
But often we do not want to follow the "theory" that has taught to us.


God bless you