Aug 30, 2012

Adapt no more

English Version

Referensi:
- Pdt. William Liem (GKA Agape), 26th August 2012
 

Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk bisa beradaptasi terhadap suatu kondisi yang baru bagi dirinya.
Mungkin pada awalnya kita tidak akan bisa menahannya. Namun bila terus-menerus mengalaminya, maka pada umumnya kita akan bisa beradaptasi dan menganggap hal itu biasa (well, ada juga kasus-kasus khusus yang tetap saja tidak bisa membuat kondisi itu menjadi "biasa")

Sebagai contoh : Suhu lingkungan yang terlalu dingin/panas, makanan yang terlalu pedas/masam, dll

Begitu pula terhadap dosa, tidak jarang manusia beradaptasi terhadap dosa dan menganggapnya sebagai hal yang biasa.

Dosa, dalam bahasa aslinya ditulis menggunakan kata Hamartia, yang dalam bahasa latin berarti "Tidak tepat sasaran" Maka, dosa bisa pula diartikan sebagai "Tidak sesuai kehendak Allah"

Menurut pendapat saya pribadi (berdasarkan pengertian maupun pengalaman), sifat alami dosa adalah melekat dan kemudian merusak secara terus-menerus.

Melekat
Bila seseorang telah melakukan sebuah dosa, akan sangat susah bagi orang itu untuk dapat melepaskan dirinya untuk tidak melakukan dosa itu lagi.
Saya katakan sangat susah, bukannya mustahil
Namun kalau kita mau jujur, seberapa banyak dari kita yang benar-benar dapat melepaskan diri dari dosa yang pernah kita perbuat ?

Merusak secara terus-menerus
Dosa bukan hanya melekat dan merusak sekali saja. Namun ia akan terus-menerus merusak diri kita.
Kata kerja merusak secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan yang ada akan menjadi lebih parah.

Michael, seorang bocah SD berusia 6 tahun. Ia ingin membeli sejumlah kelereng agar dia dapat bermain bersama dengan teman-temannya. Sayangnya, kedua orang tua Michael tidak mengijinkan hal tersebut. Merasa marah, Michael kemudian mencuri uang ibunya untuk membeli kelereng di toko mainan dekat sekolahnya. Well, tentu saja uang yang dicuri tidaklah dalam jumlah yang besar (Come on...berapa sih harga kelereng ?)

Sekarang coba bayangkan bila ketika dia beranjak SMP, lalu tren bermain kelereng telah berubah menjadi permainan game elektronik (Sori kalau menyebutkan merk...semisal PSP, Nintendo DS Lite, dsb) Bila kedua orang tuanya sekali lagi tidak mau membelikannya, apakah suatu hal yang aneh bila Michael kembali mencuri untuk dapat membeli ? Bahkan saya rasa bukan hal yang mengejutkan bila Michael langsung mencuri (dengan cara apapun) tanpa meminta terlebih dulu kepada orang tuanya.

Dan jelas kita tidaklah heran bila pada akhirnya nanti kita mendengar sebuah berita bahwa Michael telah mencuri/menipu uang perusahaan tempat dia bekerja.

Dengan ilustrasi sederhana diatas, kita dapat dengan jelas mengerti bagaimana sifat dosa.

Lalu, bagaimana kita dapat melawan dosa ?
1) Menjaga, memelihara, dan menumbuhkan kehidupan kerohanian kita melalui Firman Tuhan
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih ? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu" (Mazmur 119:9)

2) Jauhkan diri dari dosa, jangan menantang atau merasa kuat
"Jauhkan dirimu dari segala sesuatu yang menyebabkan engkau berpikiran jahat...dan tetaplah dekat pada segala sesuatu yang membuat engkau ingin berbuat benar" (2 Timotius 2:22)
***Seperti Yusuf yang meninggalkan istri Potifar (Kejadian 39:12)


Apakah kita dapat menang melawan dosa ?
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (I Korintus 10:13)

Kenapa melalui Allah ? Karena Allah tidak pernah berdosa.
Orang buta tidak dapat menuntun orang yang buta bukan ?

"Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa" (1 Yohanes 3:5)

Well, masalahnya sekarang bukan bisa atau tidak diri kita untuk menjauhkan diri dari dosa....karena sudah jelas tertulis bahwa kita bisa. Namun...maukah kita ?


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------


Reference:
- Rev. William Liem (GKA Agape Surabaya), August 26th, 2012

It is human’s traits to be able adapting a new condition. Maybe at first we cannot help it, however, if the condition continue, then in general we will be able to adapt and consider it normal (well, there are also special cases that make that new condition cannot be considered as “normal”).

For example: The temperature which is too cold / hot, the food that is too spicy / sour, etc.

Similarly to sin, it is not uncommon for humans adapt to sin and take it as a matter of course.

Sin, in the original language is written using the word hamartia, which in Latin means "to miss the mark"
Thus, sin can also be interpreted as "doesn’t accord to the God’s will"

According to my personal opinion (based on understanding and experience), the nature of sin is inherent and then destroy continuously.

Stick
When a person has committed a sin, it would be very difficult for that person to not sin again.
I said it’s very difficult, but not impossible
If we're honest, how many of us can truly escape from the sin we've done?

Continuous destruction
Sin is not only inherent and damaging once, but also it would constantly destroy us.
The verb of destroy that is continuing will results on more severe damage.

Michael is a 6-year-old elementary school boy. He wants to buy some marbles so he can play with his friends. Unfortunately, Michael's parents do not allow it. Feeling angry, Michael then stole his mom’s money to buy marbles in a toy shop near the school. Well, of course the money is not stolen in large numbers (Come on ... how much is the price of marbles?)

Just imagine if then he move to junior high and the trend of playing marbles transforms into an electronic game (sorry if mentioned brands) such as PSP, Nintendo DS Lite, etc. If both parents do not allow him to buy again, is it sounds strange when Michael decides stealing to buy? In fact I guess it’s not surprising when Michael directly steal (by any means) without first asking his parents.

And obviously we are not surprised if in the end we hear the news that Michael steals/ frauds the company where he works.

With a simple illustration above, we can clearly understand how the nature of sin.

Then, how can we fight against sin?
1) To watch, maintain, and nurture our spiritual lives through God's Word
"How can a young person stay on the path of purity? By living according to Your word" (Psalm 119:9)

2) Stay away from sin temptation, do not try to challenge or feel strong
"Flee the evil desires of youth and pursue righteousness, faith, love and peace, along with those who call on the Lord out of a pure heart" (2 Timothy 2:22)
*** Like Joseph who left Potiphar's wife (Genesis 39:12)

Is it possible we can win against sin?
"No temptation has overtaken you except what is common to mankind. And God is faithful; He will not let you be tempted beyond what you can bear. But when you are tempted, He will also provide a way out so that you can endure it" (I Corinthians 10:13)

Why God? Because God is never sin.
The blind cannot lead the blind, isn’t it?

"But you know that He appeared so that He might take away our sins. And in Him is no sin.” (1 John 3:5)

Well, the problem now is, whether we will able or not to abstain from sin ..., because it is clearly written that we can. But ... do we really want?


God Bless

Aug 20, 2012

The caretaker

English Version

Satu pertanyaan unik diberikan ketika Pdt. Stefanus Theophilus berkotbah di gereja saya.

Menurut kalian, dunia ini diciptakan, untuk dinikmati keindahannya oleh siapa ? Apakah dunia ini diciptakanNya agar kita manusia bisa menikmati keindahannya ?

Mari kita coba pikirkan melalui beberapa ilustrasi berikut:

Seringkali kita melihat video/foto tentang keindahan alam bawah laut. Berbagai macam terumbu karang, maupun beraneka jenis ikan dengan bentuk dan warna yang indah. Satu hal yang cukup menarik untuk dipikirkan, jika pengambil gambar/video tersebut tidak pernah menyelam untuk melakukan tugas mereka, maka kita manusia tidak akan pernah tahu akan keberadaan benda-benda tersebut.

Jika kita tidak pernah mengetahui, bagaimana kita bisa menikmatinya bukan ??

Ilustrasi lainnya, mengenai tata galaksi yang ada di alam semesta ini. Berapa orang sih yang mengerti bahwa dunia ini hanya seperti butiran pasir, atau bahkan jauh lebih kecil daripada ukuran sebutir pasir bila dibandingkan dengan luas tata galaksi yang ada ?

Bolehlah saya memberanikan diri bahwa tidak sampai sepuluh persen dari jumlah manusia di bumi ini yang mampu mengerti kompleksitas akan susunan tata galaksi. Setuju ?

Nah, kalau tidak sampai sepuluh persen, apakah Tuhan itu tidak adil karena hanya mengungkapkan keindahan alam semesta ini hanya kepada sepuluh persen tersebut ?

Satu kesimpulan yang sampai saat ini saya yakini, yaitu bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan, untuk dinikmati oleh diriNya sendiri. Hah ? Kok terkesan bahwa Allah itu egois ya ?

Juli 2012, sepasang sahabat saya baru saja melahirkan anak pertama mereka. Saya yakin kegembiraan saya tidak dapat dibandingkan dengan kegembiraan mereka. Terbukti bahwa hampir tiap hari mereka mengambil foto anak mereka dari berbagai pose. Tidak hanya disitu, mereka pun serasa tidak dapat terlalu lama untuk tidak menyentuh anak mereka. Well, sangat kelihatan bahwa mereka sangat menikmati "keindahan" akan anak mereka yang mereka "ciptakan" Lalu...apakah saya berhak untuk mengatakan bahwa mereka egois ? Hehehe....sudah mulai tersambung ya ?

Mari kita lihat dari segi Alkitabiah.
Alkitab menulis berulang kali dalam Kejadian pasal 1 bahwa "Allah melihat bahwa semuanya itu baik" Mulai dari ayat 10, 12, 18, 21, 25, hingga ditutup dengan "Maka Allah melihat segala yang diciptakan-Nya itu, sungguh amat baik" (ayat 31). Semua penilaian baik itu berdasarkan penilaian Allah.

Kalau kita sependapat dengan pemikiran diatas, mari kita mulai merubah hidup kita. Kita bagaikan seorang guru disekolah, yang diberi wewenang oleh para orang tua untuk mendapat hormat dan respek dari anak-anak mereka. Bukan untuk memperlakukan anak-anak tersebut dengan semau kita.
Kita hanya diberi wewenang untuk menaklukkan bumi (Kejadian 1: 28)

Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

One unique question is given when the Rev. Stefanus Theophilus  preached at my church.

“In your opinion, for who the world was created to be enjoyed ?”  Is this world created for human beings so that we can enjoy the beauty ?

Let’s thinking through some of the following illustration:

We often see the beautiful videos or photos of the underwater. Such as various kinds of coral reefs, various species of fish with beautiful shapes and colors, and many more. One thing that quite interesting to think about is, if the video makers or photographers are never dive to perform their duties, then we will never know of the existence of such objects.

If we never find out, how can we enjoy it ?

Other illustration to help us understand more, it’s about the galaxies in the universe. How many people understand that the world is just like a grain of sand, or even much smaller than the size of a sand grain compared to the extensive system of galaxies out there ?

Then I venture that is barely ten percent of people on earth who can understand the complex layout of the galaxy. Agree ?

Well, if it’s barely ten percent, then God is unfair because He only reveals the beauty of the universe to those ten percent ?

One conclusion that I still believe till now is that the world was created by God to be enjoyed by Himself. It looks like God is so selfish, huh ?

July 2012, a friend of mine just gave birth to their first child. I believe my joy cannot be compared to theirs. They take plenty of photos of their child from a variety of poses, prove that their joy is so abundant and they are enjoying it. Not stop until that, they seem cannot apart for too long from their children. Well, it seems that they really enjoy the "beauty" of their child that they "created". So ... am I right to say that they are selfish ? Hehehe .... have you seen the connection now ?

Let’s see from the biblical terms.

Genesis chapter 1 repeats the sentence, "And God saw that it was good" so many times. Starting from verse 10, 12, 18, 21, 25, and close by the words, "God saw all that he had made, and it was very good." (verse 31) All the “good judgment” is based on God’s point of view or valuation.

If we agree with the above ideas, let us begin to change our lives. We are like a school teacher, who is authorized by the parents to get respected from their children. And this given authorization is not for us to treat their children as we wish. Because like the bible said, we are only given the authority to subdue the earth (Genesis 1:28)

God bless you

To hear only is not enough

English Version

X dan Y akan menuju ke sebuah kota yang terletak di belakang sebuah bukit. Di tengah perjalanan, mereka memilih rute yang berbeda untuk melewati bukit tersebut. X memilih memutar lewat kanan, sedangkan Y memutar lewat sebelah kiri.

Ketika memutar bukit tersebut, sebuah badai topan menghantam daerah tersebut. Mobil keduanya pun terbalik, dan mereka berdua sama-sama terluka parah. X segera mengeluarkan HPnya, untuk meminta pertolongan ambulan terdekat. Segera sebuah mobil ambulan datang dan membawa X ke rumah sakit terdekat sehingga ia dapat terselamatkan. Sial bagi Y, karena ternyata HP nya tertinggal di rumah. Dapat ditebak, Y akhirnya mati karena tidak ada pertolongan.

Sebuah ilustrasi singkat untuk menggambarkan bagaimana keselamatan itu diberikan pada kita.
  • Badai topan merupakan jeratan dosa di dunia ini
  • Mobil ambulan merupakan Yesus Kristus, sebagai jalan satu-satunya yang dapat membawa kita kepada keselamatan
  • HP merupakan berita keselamatan
Kenapa X akhirnya dapat tertolong ?
  • Karena ia mau menggunakan HP nya untuk menelpon mobil ambulan yang kemudian membawanya ke rumah sakit
  • Karena ia mau menerima berita keselamatan yang pernah ia dengar, dan mau memakainya untuk menerima Yesus

Kenapa Y tidak dapat tertolong ?
  • Karena ia tidak mau menggunakan HP nya untuk menelpon mobil ambulan
***Eeh sebentar...di ilustrasi tersebut kan tertulis HP nya tertinggal ?

Betul...dari sini saya hanya ingin menggambarkan: Walaupun Y membawa HP nya, namun ia tidak mau menggunakan, dapat saya samakan dengan Y tidak membawa bukan ?
Sama seperti orang yang tidak pernah mendengarkan berita keselamatan (tidak membawa HP), ataupun tidak mau menerima (tidak mau menggunakan HP)...pada akhirnya sama saja ia tidak akan pernah menerima keselamatan tersebut.

Lalu, dapatkah kita mengatakan bahwa "Y tidak dapat tertolong karena tidak ada mobil ambulan ?"
Bukan salah mobil ambulannya bukan ? =)

Biarlah ilustrasi ini sedikit banyak dapat mengingatkan kita untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan pelayanan misi/pengabaran Injil. Jangan sampai kita beranggapan bahwa tugas kita selesai bila orang tersebut sudah kita beritahu tentang berita keselamatan, namun kita harus melakukannya hingga orang tersebut menerima berita keselamatan itu untuk memanggil Yesus sebagai Juru Selamat pribadinya.


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

X and Y are heading to a town which is located behind the hill. Along the way, they chose a different route to get through the hill. X chooses the right pass, while Y chooses to take a turn through the left side.

When turning the hill, a typhoon hit the area. Both cars are overturned, and they both are seriously injured. X immediately uses his cell phone to call ambulance for help. Soon an ambulance comes and takes X to the nearest hospital so that he can be saved. Unfortunately for Y, he left his phone at home. As we can predict, Y eventually die because there is no help.

A brief illustration is to describe how safety was given to us.
  • Typhoon is the bondage of sin in this world
  • The ambulance is Jesus Christ, who is the only one that can bring us to salvation
  • Hand phone is a message of salvation
Why X can eventually be helped ?
  • Because he wants to use his phone to call an ambulance which then takes him to the hospital
  • Because he is willing to accept the message of salvation that he ever heard, and want to use them to accept Jesus
Why Y cannot be helped ?
  • Because he does not want to use his phone to call ambulance
***Eeh wait a minute ... It’s written in the illustration that he left his phone behind, isn’t it ?

Yes ... from here I just wanted to illustrate, although Y brings his phone, but he doesn’t want to use it, and I simply say he doesn’t carry it, because it’s pretty the same, isn’t it ?
Just like people who are never listen (do not carry the phone), or do not want to accept (do not want to use the phone) the good news of salvation. In the end, neither them will get the salvation.

Then, can we say that Y cannot be helped because there is no ambulance?
It’s not the fault of the ambulance, isn’t it  ? =)

Let the illustration little much or less reminds us to be more serious in doing the service mission or evangelism. Let’s not assume that our tasks are end when we tell people about the good news of salvation, because we have to do it until people whom we tell the good news are accept and call Jesus as savior in their hearts.


God bless you

Jul 30, 2012

There's still miracles

English Version

Senin hingga Kamis, 23-26 Juli 2012, saya pergi ke Singapura untuk melakukan pemeriksaan check-up terhadap sistem pernafasan saya. Sekedar informasi, saya memiliki latar belakang sinusitis yang sudah saya derita sejak saya berusia belasan tahun, yang disebabkan oleh alergi.

Apa alerginya ? Banyak sekali. Mulai dari kedelai, bawang putih, gandum, teh, kopi, soda, hingga debu, kecoak, asap rokok. Untuk lebih detilnya saya sendiri pun sudah sampai lupa mengingat banyaknya daftar alerginya. Efeknya, bila saya memakan/terkena benda-benda tersebut, daging di saluran pernafasan saya akan membengkak, dan saya mengalami sedikit gangguan dengan pernafasan saya selama beberapa waktu (seperti pembengkakan normal pada kasus-kasus alergi lainnya). Disamping itu, seperti yang kita ketahui bila ada benda asing yang masuk kedalam rongga hidung, akan membuat hidung kita berlendir. Rasanya seperti pilek seumur hidup =p

Saya pernah mencoba menghindari semua benda tersebut selama 2 tahun, akan tetapi alergi saya kembali setelahnya. Well, akhirnya saya cuek saja. Toh pilek dan hidung buntu selama beberapa waktu tidak akan membuat saya mati. Selain itu, kalaupun saya sembuh dari semua itu, yang ada malah sakit kekurangan gizi...hahaha (***serius, itu alasan saya untuk cuek***)

Waktu itu, saya dibawa oleh papa saya ke Singapura untuk diperiksa. Ternyata saya sudah memiliki sinusitis di daerah rongga pipi, dan juga belakang tulang hidung. Dokter melakukan pembersihan untuk bagian rongga pipi. Sekedar membuat anda merasakan ngeri, caranya cukup "keren". Hidung saya dibius lokal, lalu kedua selaput pembatas hidung dibuka dengan paksa untuk dimasukkan selang kedalamnya. Dokter kemudian mengalirkan air melalui salah satu ujung selang yang akhirnya keluar melalui ujung yang lain. Hahaha...ok ok. Berhenti sampai disana.

Naaahh...masalahnya bagaimana untuk yang di belakang tulang hidung ? Menurut dokter waktu itu (semoga saya dan papa saya tidak salah dengar), terlalu dekat dengan otak. Hanya bisa dibersihkan melalui operasi, namun cukup riskan karena bila otak saya terguncang/terkena...well, blog ini tidak akan pernah ada...Hahaha...So, kami memutuskan untuk membiarkan saja sinus yang ada di daerah tersebut.

***Saya tahu tentang alergi tersebut ketika saya pergi ke Singapura dengan papa saya***

Dalam 3-5 bulan terakhir ini, saya mengalami hidung buntu yang terus-menerus. Hal ini cukup membuat saya kuatir dengan kondisi sinus saya. Akhirnya orang tua saya memutuskan untuk memeriksakan saya kembali ke Singapura. Sewaktu diperiksa disana, satu kata yang bisa saya katakan:

MUJIZAT ITU MASIH ADA !!!

Melihat hasil x-ray dan ct-scan, sinus saya yang ada di rongga belakang tulang hidung BERSIH !!!

Come on !!! setelah pemeriksaan terakhir ketika saya berusia belasan, saya masih mengalami pilek karena alergi tersebut. Tidak sedikit yang menyebut saya "pabrik tissue".

So...kondisi terakhir dengan cairan yang masih memenuhi rongga tersebut, ditambah dengan pilek selama belasan tahun, kalaupun sinus tersebut tidak bertambah parah, paling tidak rongga tersebut seharusnya masih berisi lendir bukan ?

Percaya atau tidak percaya, itu terserah anda.
Saya menulis blog ini bukan dengan fantasi yang berlebihan, melainkan dengan pengalaman dan kondisi pribadi saya sendiri.
Saya yang merasakan pemeriksaan ketika berusia belasan tahun...
Saya yang menjalani belasan tahun dengan kondisi pilek...
Saya sendiri juga yang menerima hasil pemeriksaan terakhir ini...
Dokter sendiri pun tidak percaya kalau saya tidak melakukan operasi.
Saya bisa berasumsi ini dan itu...namun saya lebih memilih untuk percaya bahwa semua ini karena Tuhan
Dia ada, Dia peduli, dan yang pasti Dia masih melakukan mujizat untuk saya...dan kenapa tidak untuk anda ?

Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Monday till Thursday (July 23-26, 2012), I went to Singapore to do a check-up for my respiratory system. As information, I’ve been suffering sinusitis that is caused by allergies since I was a teenager.

Allergic to what ? Bunch. Starting from soybeans, garlic, wheat, tea, coffee, soda, dust, cockroaches, cigarette smoke, and still many more. And I cannot remember the complete list because it's too many for me. The effect if I eat or expose to those objects, the flesh in my airways begin swelling, causing me a bit of trouble with breathing for some time (such as normal swelling in other allergic cases). In addition, as we all know when a foreign object enters the nasal cavity, it will make your nose runny. Well ...  it feels like having cold for a lifetime = p

I tried to avoid all those things for 2 years, but my allergies still return thereafter. Well, finally I choose to ignore it. After all, runny nose and clogged nose won't make me die. But if I choose to avoid those things, it’s true that I might be recover from that, but then will come another problem…malnutrition. Hahaha. (*** seriously, it's the reason for my ignorance ***)

Once, my father brought me to Singapore to be examined. It turns out I also had sinusitis in the cheek cavity, and the back bone of the nose. Doctor did the cleaning for the cheek cavity. Just to make you feel the horror, I’ll tell you the "cool" procedure. My nose was given local anesthetic then the nasal membrane barrier is opened by force, in order to put the hose into it. Then doctor drains the water through one end of the hose that eventually way out through the other end.

Hahaha ... ok ok. Stop there.

Then ... the problem was happening to the bone behind the nose. According to doctor at that time (hopefully me and my dad heard them right), that sinus is too close to the brain, and it only can be cleared through the surgery, but it is quite risky because if my brain is shaken or touched...well, this blog would not exist ... Hahaha ...So, we decided to leave it there in the sinus area.

*** I know about these allergies when I went to Singapore with my father ***

Well, in the last 3-5 months, I have a constantly clogged nose. It is enough to make me worry about my sinus condition. My parents finally decided to make me do the check up to Singapore. When examined there, one word I can say:

MIRACLE IS STILL THERE !!!

After seeing the results of x-ray and ct-scan, my sinus behind the nasal cavity is CLEAN !!!

Come on !!! After the last examination when I was a teenager, I still have the runny nose due to allergies. Not a few who called me a "tissue factory".

So ... the last condition with the fluid still fills the cavity, coupled with a cold for a dozen years, even if the sinus is not worse, at least in the cavity should still contains mucus.

Believe it or not, it's up to you.
I am writing this blog without excessive fantasy, but with my personal experience and condition.
I am the one who underwent a scan when I was a teenager.
I’m undergoing a dozen years with a cold condition.
I also received the results of the latest check up.
The doctor himself did not believe that I did not undergoing the surgery.
I can assume this and that ... but I prefer to believe that everything happens because of God
He exists, He cares, and certainly he is still doing miracle for me ... and why not for you ?

God bless you

Jul 28, 2012

It ain't Euro 2012 talks

English Version

Peringatan: Blog ini akan berisi wacana sepakbola seputar Euro 2012


Kompetisi Euro 2012 telah berakhir pada 1 Juli lalu dengan menyisakan banyak kejutan bagi banyak orang. Dimulai dari tragisnya tim Belanda. Tim yang terdiri dari dua top scorer, pemain bintang di barisan tengah, dan juga deretan pemain terkenal lainnya itu seharusnya mampu berbicara lebih banyak, bahkan tak sedikit yang mencalonkan mereka menjadi juara.

Namun apa yang terjadi ? Tanpa diketahui alasan yang sebenarnya, tim Belanda justru harus menjadi tim yang paling pecundang (pendapat saya pribadi), karena dengan status pemain yang seperti itu, namun tak mampu meraih satu poin pun (yang berarti jangankan menang, meraih hasil seri pun mereka tak mampu)

Seperti yang bisa kita lihat, sebelum Euro 2012 dimulai, perkiraan-perkiraan tentang tim ini dan itu telah dibuat oleh beberapa pengamat yang tentu saja semuanya berdasarkan fakta (ditambah sedikit harapan). Fakta yang diambil paling tidak dari setahun terakhir ternyata tak dapat berulang begitu saja pada Euro 2012 ini.

Dua top scorer (Robin Van Persie - Arsenal - 30 gol dari 38 penampilan) dan (Klaas Jan Huntelaar - Schalke 04 - 29 gol dari 32 penampilan) ternyata hanya mampu menyumbangkan satu gol semasa Euro 2012 (Robin Van Persie - ketika melawan Jerman). Melihat perjalanan mereka setahun terakhir di liga domestik mereka masing-masing, tidak salah bila banyak orang memperkirakan mereka mampu menyumbangkan gol demi gol.

Itulah perkiraan/ramalan manusia yang dibuat berdasarkan fakta. Bahkan fakta sendiri pun tidak dapat mengulangi dirinya.

Berbeda dengan ramalan (atau disebut dengan nubuat) yang dilakukan oleh para nabi/rasul, yang didasarkan oleh Firman Tuhan. Ramalan yang dibuat oleh Yusuf ketika berada di Mesir, pengartian mimpi oleh Daniel, hingga nubuat kelahiran seorang Juru Selamat oleh nabi Yesaya. Semua itu dibuat berdasarkan perkataan dari Allah sendiri, dan seperti yang kita lihat bahwa semuanya terjadi.

"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu" (Lukas 21:33)

"Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah" (2 Korintus 1:20)

Saat ini, kita masih menjanjikan satu nubuat/janji Allah, akan keselamatan yang akan dikaruniakan kepada kita ketika Dia akan kembali untuk kedua kalinya.

"Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada" (Yohanes 14:3)


Karena itu, marilah kita percaya kepadaNya, dan berpegang pada janji2Nya. Firman Tuhan bukanlah ramalan Euro 2012 yang didasarkan oleh fakta yang belum tentu dapat berulang kembali. Semuanya adalah "ya" dan "Amin"


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Warning: This blog will talk mostly about Euro 2012

Euro 2012 which ended on July 1 is leaving a lot of surprises for many people. It started from the tragic of Dutch team. The team has two top scorers which are the star in the middle row, and other famous players who were supposedly able to talk more, even not a little who nominate them to be a champion.

But what happened ? Unbeknownst the real reason, the Dutch team had to be the loser team (in my personal opinion). The players were good enough, but unable to get any point (which means it’s hard to get a draw or even winning the match)

As we can see, before Euro 2012 started, the prediction of this and that team has been made by some observers whose, of course, prediction is based on the facts (plus a bit of expectation). Even though mostly of the fact was taken at least by last year. It turns out cannot simply be repeated in Euro 2012.

Two top scorer (Robin Van Persie - Arsenal - 30 goals from 38 appearances) and (Klaas Jan Huntelaar - Schalke 04 - 29 goals from 32 appearances) were only able to give one goal during the Euro 2012 (Robin Van Persie - against Germany). If we saw their performance last year at their local league, it’s not surprising if there were so many people would expect them to give so many goals.

Those are the prediction, based on the fact, that human made. Even the fact can't make itself to be repeated.

That is very different from the predictions (or prophecy) that performed by the prophets / apostles, which was based on the Word of God. Prophecies made by Joseph while in Egypt, dream explanation by Daniel, to the prophecy of the birth of a Savior by the prophet Isaiah. All of them were made based on the words of God himself, and as we can see everything’s happened.

"Heaven and earth will pass away, but my words will never pass away" (Luke 21:33)

"For no matter how many promises God has made, they are “Yes” in Christ. And so through him the “Amen” is spoken by us to the glory of God." (2 Corinthians 1:20)

Currently, we are still promised by God for the salvation which will be given to us when He returns for a second time.

"And if I go and prepare a place for you, I will come back and take you to be with me that you also may be where I am." (John 14:3)

Therefore, let us believe in Him, and hold on His promises. The Word of God is not the Euro 2012’s predictions that is based on the facts, which unsure to be repeated. Everything is "yes" and "Amen"


God bless you

Jul 16, 2012

The beginning and the end

English Version

Ketika perusahaan raksasa fotografi Kodak menyatakan dirinya bangkrut pada awal tahun ini, banyak orang serasa tak percaya termasuk saya. Memang akhir-akhir ini nama Kodak sudah menjadi asing, namun karena saya ada ketika masa kejayaan Kodak, serasa tak percaya bahwa merk tersebut sudah menjadi bagian dari sejarah.

Itulah dunia ini. Padahal dulu di Indonesia orang bahkan memakai istilah kodak untuk sebutan film negatif kamera ("Pak, beli kodaknya ASA 100 isi 24".....jadi teringat jaman dulu deh)

Contoh yang lain adalah Pemutar musik MP3. Saya masih ingat benar, tahun 2004, saya dan seorang teman saling mempertahankan pendapat akan pilihan mp3 player kami. Saya waktu itu membeli Creative dan teman saya membeli iPod generasi pertama. Well, saya lebih pede karena waktu itu jelas Creative serasa favorit buat dunia audio. Namun apa yang terjadi pada saat ini ? Saya tidak perlu menjelaskan tapi saya yakin kita bisa melihat perbedaannya bukan ?

Benarkah tidak ada yg abadi di dunia ini ? Orang bilang hidup ini bagaikan roda yg berputar. Kadang diatas, kadang dibawah (kalau boleh saya tambahkan, kadang terlepas juga...hahahaha).

Untunglah Tuhan kita (alias KeKristenan) tidaklah seperti itu:
* Kuasa Tuhan tidak terbatas oleh waktu. Mujizat yang dilakukan sejak jaman Perjanjian Lama akan tetaplah menjadi mujizat yg tidak dapat dimanipulasi.
* Janji Tuhan tetaplah sama. Keselamatan yang dijanjikan sejak jaman Perjanjiian Baru tetaplah berlaku hingga saat ini
* Alkitab tidak perlu direvisi walaupun telah melewati berbagai jaman. Semuanya tetap sama
* keKristenan tetap hidup hingga saat ini walaupun mengalami banyak tantangan, termasuk penolakan besar2an oleh Kaisar Nero

"Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir" (Wahyu 22:13)

Yesus sendiri mengatakan bahwa dialah Alfa dan Omega, awal dan akhir dari segalanya. Karena itu kawan, percayalah padaNya. Dia tak habis oleh waktu. Dia tak kadaluwarsa oleh jaman. Dia tetaplah Dia untuk selama-lamanya.

Tuhan memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

When the giant photography company Kodak declared their bankruptcy in the beginning of this year, many people, including myself, could not believe it. Recently, Kodak has become unfamiliar. Since I was there when Kodak is in its prime time, I could not believe that the brand is already a part of history.

Well, this is world.  I remember there was time when Indonesians even use Kodak as the general term to mention the negative film ("Can I have Kodak ASA 100 24 fills?" .....*writing about this make me reminisce the olden days)

Another example is the MP3 music player. It’s still fresh in my mind, when my friend and I were argued about our preference mp3 player, it was around 2004. At that time I bought Creative and my friend chose to buy the first generation of iPod. Well, I was more confident at that time, because Creative was so well-known among the audio world. But what happens now? I don’t need to explain but I'm pretty sure we are know the rest of the story, right?

Is it true that nothing in this world is eternal? People say life is like a wheel. Sometimes we’re in the top, sometimes we’re in the downside (if I may add, sometimes we’re also falling apart from the wheel ... hahahaha).

Fortunately, our Lord (aka Christianity) is not like that:
* The power of God is not limited by time. Miracles that was done since the Old Testament days will still be a miracle which cannot be manipulated.
* The promise of God is still. The salvation promise since the days of New Testament is remains valid until today
* The Bible doesn’t need to be revised, although hundreds years are already past. Everything remains the same.
* Christianity is still exists until this day despite there’re so many challenges, including the big refusal by King Nero.

"I am the Alpha and the Omega, the First and the Last, the Beginning and the End" (Revelation 22:13)

Jesus himself, says that He is the Beginning and the End. That’s why friend, believe on Him. He doesn’t run out of time. He doesn’t expire by the time. He stays like this forever.

God bless

Jul 9, 2012

Best friend in need, best friend indeed

English Version

Saat ini, demam spiderman kembali muncul. Dirilisnya film baru "The Amazing Spiderman" membuat semua pernak-pernik maupun ini-itu tentang spiderman kembali muncul. Tak terkecuali pemutaran kembali sekuel2 filmnya. Akhir2 ini aku melihat film Spiderman 3 yang diputar di salah satu statiun tv lokal.

Satu hal yang menarik untuk saya tulis, adalah bagaimana Harry Osborn, anak dari Green Goblin (Norman Osborn), yang merupakan sahabat dari Peter Parker (Spiderman). Saya tidak akan menulis alur ceritanya secara lengkap disini biar kalian melihat filmnya sendiri :)

Bagian yang saya ingin ulas adalah, bagaimana Harry tetap membantu Spiderman untuk melawan Sand Man dan Venom, walaupun ia masih berpikir bahwa Spiderman lah yang membunuh ayahnya, dan Spiderman telah menghancurkan mukanya.

Saya mencoba menempatkan diri dalam diri Harry, dan percaya bahwa sedikit banyak rasa sakit dan kehilangan kepercayaan kepada sahabatnya sendiri ada dalam dirinya, walaupun ia telah diberitahu bahwa Spiderman bukanlah pembunuh ayahnya.

Namun, saya harus salut kepada Harry (walaupun cuma skenario film), bahwa ia mau dan rela memaafkan Spiderman atas dasar persahabatan.

Bagaimana di kehidupan nyata ini ? Masih adakah cerita dongeng tentang kesempurnaan sebuah persahabatan ? Saya bisa menjawabnya. Ada.

"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran " (Amsal 17:17)

Dituliskan bahwa seorang sahabat menaruh kasih dan menjadi saudara dalam kesukaran. Yesus telah menunjukkan bahwa diriNya adalah seorang sahabat yang sejati. Ia selalu menunjukkan kasihnya pada umat kita (Yohanes 3:16), dan Dia selalu ada bagi kita dalam masa-masa kesukaran kita (Matius 11:28). Ya, Ia selalu ada bagi kita dan menunggu kita untuk datang kepadaNya, walaupun kita sering menyakitiNya dengan segala dosa-dosa kita.

Karena itu kawan, mulailah membangun tali persahabatan kita dengan Yesus, dan percayalah bahwa "cerita dongeng" tentang persahabatan itu nyata dan masih ada.

Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Finally, the most recent Spiderman movie, “The Amazing Spider-Man”, is released. Making all fuss about Spiderman’s knick-knacks and the so-called “Spiderman Fever” become trends once again. Without exception, the local TV channel also flows with the trends with showing previous Spiderman movies. Recently, I watched Spiderman 3 that was played by one of the local TV station.

There is one thing that turns very interesting for me to write. It is all about Harry Osborn, who is a friend of Peter Parker the Spiderman, and also the son of Green Goblin (Norman Osborn).There won’t be spoil alert in this blog, I’ll let you watch the movie by yourself to find out the storyline. J

The part that I want to write is on how Harry keeps helping Spiderman to fight the Sand Man and Venom, although he still thinks that Spiderman is the one who killed his father, and destroyed his face.

I tried to put myself in Harry’s shoes, and believe that little does he has the pain and loss the trust towards his best friend in his heart, although he had been told that Spiderman is not the murderer of his father.

However, I must applaud Harry (although perhaps it’s only the screenplay), that he would be willing to forgive the Spiderman by the name of friendship.

How about in the real life? Is there still fairy tale perfection of friendship? I can answer it. Yes, there is.


"A friend loves at all times, and a brother is born for a time of adversity" (Proverbs 17:17)

It tells us that a friend loves at all times, and a brother is born for a time of adversity.
Jesus has shown that He is a true friend. He always shows the love for His people (John 3:16) and He is always there for us in every hardships (Matthew 11:28) Yupes, He is always there and waiting for us to come to Him, even though we always hurt Him with our sins.

That’s why folks, let’s start building our friendship with Jesus, and believe the "fairy tale" about friendship is still real and exist.

God bless you

Jul 5, 2012

Ads service

English Version

Dalam kehidupan sehari-hari, saya berani menjamin bahwa kita sering merekomendasikan seseorang/suatu barang bila orang lain membutuhkan. Bukan hanya merekomendasikan, tetapi tidak jarang kita "memaksa" orang tersebut untuk setuju dengan kita.

Semisal dalam merekomendasikan seorang dokter. Walaupun mungkin biayanya lebih mahal, kita tetap akan memaksakan dengan alasan-alasan yang lain.
- "Tapi orangnya ramah"
- "Ruang prakteknya bersih"
- dan lain sebagainya

Well, intinya kita seakan-akan dengan sukarela menjadi agen marketing dari orang/benda tersebut.
Padahal, kalau mau dipikir lebih lanjut, apa sih yang kita dapatkan bila orang tersebut sependapat dengan kita ?

Hehehe...ok ok. Saya tidak ingin mencela hal tersebut dalam blog ini. Sah-sah saja bila kita memberikan suatu rekomendasi kepada orang lain. Saya percaya alasan paling dasar kita adalah karena kita ingin memberikan pendapat/solusi terbaik yang kita ketahui kepada orang tersebut. Hal yang kita rekomendasikan tentu saja hal yang kita ketahui/percayai.

Sekarang....dari sekian banyak rekomendasi/pendapat/solusi yang pernah kita berikan, pernahkah kita "memaksakan" agar orang lain menerima keselamatan dari Kristus yang sudah kita terima ?
Pernahkah kita memberitahukan kepada orang lain betapa berharganya Kristus itu bagi kita ?
Sungguh ironis, kita yang mengaku sebagai umat Kristen, merasa lebih mudah untuk mempromosikan gadget, obat, dokter, tempat wisata, dll. daripada arti sebenarnya dari kehidupan keKristenan kita.

Melalui blog ini, saya ingin mengajak 2 hal:

1) Kepada kita yang sudah percaya kepadaNya.
Mari kita sama-sama belajar untuk mempromosikan akan keselamatan yang sudah kita terima. Ingatlah bahwa hal tersebut juga menjadi kewajiban kita melalui Amanat Agung yang Dia berikan sebelum kembali ke surga.

Susah ?
Tidak juga. Hal yang paling mudah adalah melalui kehidupan pribadi kita. Ya...menjadi kesaksian hidup.

Sebagai contoh, bila kita ingin mempromosikan sebuah handphone, kita harus benar-benar terlihat nyaman dan puas ketika memakainya bukan ? =) Tidak mungkin bila kita merekomendasikan handphone tersebut bila kita sendiri penuh keluh-kesah terhadapnya.

2) Kepada kita yang belum pernah mendengar/percaya kepadaNya.
Ijinkan saya untuk mengenalkan anda kepada Yesus. Dalam Dia lah kita dapat mempercayakan hidup kita sepenuhnya, termasuk masa depan kita.
Serius...
Siapapun anda, dimanapun...jangan ragu-ragu untuk mencari tahu lebih tentang Dia.
Silahkan mengirim email ke lembu_boy@yahoo.com, dan saya akan dengan senang hati membantu anda =)


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

In everyday life, I guarantee that we often recommend someone or some stuffs to people who in need.
Not just recommend, but we tend to "force" others to agree with us.

For example, in recommending a physician, although we know that physician will cost more, we still would persuade people to choose that physician for other reasons, such as:
- "But the doctor and nurses there are friendly"
- "Their practice room is so clean"
- And so on.

In short, we tend to be a volunteer marketing agent of one institution or product. In fact, if you want to think further, what we get when the person agrees with us?
Hehehe ... ok ok. I do not want to criticize it in this blog.

I know if we give a recommendation to others, I believe our most basic reason will be because of the wanting to give an opinion or the best solution we know to the person. Because we believe the things that we recommend are the ones that will work the best.

Now .... of the many recommendations or opinions or solutions that we have given, have we ever  "force" others to receive salvation from Christ, that we also have received?
Do we ever tell other people how precious Christ is for us?

Ironically, we, who claim to be Christians, find it easier to promote the gadget, medicine, doctors, tourist attractions, etc. instead of the true meaning of our Christian life.

Through this blog, I invite you to two things:

1) For you who believe in Him.
Let’s learn to promote the salvation that you have received. Remember, it is also our obligation through the Great Commission which He had gave us before returned to heaven.

Difficult ?
Not really. The most convenient way is through our personal lives. Yes ... a living testimony.

For example, if we want to promote a mobile phone, we should really look comfortable and happy when using it. =) It is impossible when we recommend a mobile phone when you have lots complains about it.

2) For you who have never heard or believe in Him,.
Please allow me to introduce you to Jesus. In Him we can entrust our lives fully, including our future (and I’m being serious about it).
Whoever you are, wherever ... please do not hesitate to find out more about Him.
If it’s convenient to you, please send an email to lembu_boy@yahoo.com to find out more about Christianity, and I will be so happy to assist you =)

God bless you

Jul 4, 2012

Hi...do you know me ?

English Version

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga" (Matius 7:21)

Cukup sering kita mendapatkan pertanyaan "Apakah kamu mengenal siapa itu Tuhan ?"
Dan tidak jarang pula kita dapat menjawab pertanyaan itu. Secara umum dapat dijawab dengan "Allah yang menebus dosa manusia dan menjadi juruselamat kita"

Mari kita kembali ke baris pertama dari blog ini.
Kita putar pertanyaannya dengan "Apakah Tuhan mengenal kamu ?"
Oopsss....ayo cepat sebutkan semua yang sudah kita lakukan

Sudah taruh ayat-ayat supaya orang lain membaca ?....yupes
Sudah rutin ke gereja dan pelayanan ?....yupes
Sudah doa setiap hari ?....yupes

Apakah itu cukup ?

Melihat ayat diatas, tertulis dengan jelas, bahwa bukan orang yang selalu berseru "Tuhan, Tuhan!" yang akan "dikenal" oleh Tuhan. Dengan bahasa sehari-hari, semua atribut keKristenan itu bukanlah yang dimau olehNya. Tetapi dari perilaku mereka yang melakukan kehendakNya.
Hhmm...perilaku ? Agak terkesan bisa dibuat-buat ya ?
Engga juga sih. Perilaku yang dimaksudkan disini, adalah perilaku yang menjadi refleksi dari dalam hati kita. Bila kita "menaruh" Kristus di dalam hati kita, maka kita akan secara otomatis melakukan apa yang menjadi kehendakNya. Dan disitulah kunci dari kemauan kita untuk dikenal oleh Tuhan kita.

Tuhan memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

"Not everyone who says to me, ‘Lord, Lord,’ will enter the kingdom of heaven, but only the one who does the will of my Father who is in heaven" (Matthews 17:21)

Quite often we get the question "Do you know who is God?"
And often, we’re able to answer that question which in general can be answered with "God is the one who redeem our sins and be our savior"

Let's go back to the first line of this blog.
What if the question turns into, "Is God recognizes you?"
Oops… let’s hurry mention all the good deeds we have done.

Have you been put bible verses in anywhere so that others can read it?
 Are you going to church routinely?
Are you praying regularly?

Is that enough?

But if we look at that verse clearly, then we can understand that is not the person who always cry, "Lord, Lord!" to be "known" by God. In simple manners, all those manners and actions are not things that can lead us into the kingdom of heaven. But from the behavior of people who do His will.
Hmm . . . behavior? Seems those also can be fabricated, right?
Not really. Behavior in this context is a behavior that reflects our hearts.
When we "put" Christ in our hearts, we will do all His will automatically. And this is the key of our desire to be recognized by our Lord.

God bless

Jun 2, 2012

Nebuchadnezzar syndrome

English Version

Ditulis ulang dari sumber:
- Pdt. Bagus Surjantoro (GKA Agape), 20th May 2012
 

Dalam kitab Daniel pasal 3, diceritakan bagaimana Raja Nebukadnezar, raja daerah Babel, membuat untuk dirinya sendiri sebuah patung raksasa. Tidak cukup sampai disitu. Setelah patung tersebut selesai dibuat, ia memerintahkan seluruh rakyatnya untuk menyembah patung itu. Dalam kitab itu pula diceritakan bagaimana Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menolak untuk menyembah patung tersebut.

OK, dalam topik kali ini saya tidak akan membahas bagaimana Allah menjaga ketiganya dari panasnya dapur api yang menjadi hukuman mereka. Tetapi dari cuplikan cerita pendek diatas, saya ingin mencoba mengulas tentang sikap dari Raja Nebukadnezar.

Dikarenakan tiga orang....ya...hanya tiga orang, yang tidak mau menyembah patung tersebut, Raja Nebukadnezar tidak mengindahkan ribuan (memang tidak tertulis jumlahnya, saya hanya main perkiraan saja) orang yang sudah mau menyembah patung tersebut.

Kalau kita mau berpikir dengan kepala dingin, apalah artinya 3 dari antara ribuan ?
Terlebih lagi ribuan orang yang rela menyembah patung tersebut adalah para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum, dan semua kepala daerah. (ayat 2)
Orang-orang yang notabene jelas-jelas lebih berpangkat dan lebih terpandang daripada Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang hanya ditulis sebagai "orang yang diberikan pemerintahan atas wilayah Barat" (ayat 12)

Mari sekarang kita lihat diri kita sendiri. Bukankah kadang kita bertingkah seperti itu ?
Oops...engga percaya ?
Kembali saya ingin menuliskan satu kata favorit saya...BERSYUKUR
Yupes...bukankah kita seringkali seperti Raja Nebukadnezar dalam bersyukur ?
Kita seringkali lupa akan banyaknya berkat indah yang sudah kita terima dari Tuhan hanya karena satu atau dua masalah dalam hidup kita. Dan sialnya, karena alasan inilah, banyak dari antara kita justru tidak dapat menjadi kesaksian/berkat buat orang lain. Kalau kita tidak merasa cukup, bagaimana kita akan membagikan berkat-berkatNya dalam hidup kita. Cukup masuk akal bukan ?

Mari kita lakukan sebuah refleksi. Berapa umur anda ? Berapa kali anda dapat tersenyum, tertawa, atau bahkan terharu karena merasa senang ?
Itu semua anugerah yang sudah Tuhan berikan.
Satu lagi yang mungkin terlupakan...anda baru saja mendapatkan kesempatan hidup 10 menit untuk membaca blog ini...dan Tuhan masih memberi anda kesempatan untuk merasakan berkat itu, dan membagikannya kepada orang lain =)

Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Rewritten from the source:
- Rev. Bagus Surjantoro (GKA Agape Surabaya), May 20th, 2012

Book of Daniel chapter 3 tells us how King Nebuchadnezzar, who was the King of Babylon, made a giant gold image of himself. When the gold image was finished, he called the satraps, prefects, governors, advisers, treasurers, judges, magistrates and all the other provincial officials to come to the dedication of the image he had set up, and then worship it. The book also describes that Shadrach, Meshach, and Abednego refused to worship the statue.

OK, this time in the topic I won’t discuss on how God keeping these three from the blazing furnace. But from the short snippet story above, I want try to examine about the attitude of King Nebuchadnezzar.

Because of the three people ... Yes ... just three people, who do not want to worship the gold image, King Nebuchadnezzar does not heed the thousands (notes here, it’s not written there, I just play the estimate only) people who already want to worship his gold image.

If we want to think with a cool mind, what does it mean 3 among thousands?
What's more the thousands of people who willingly worship the satraps, prefects, governors, advisers, treasurers, judges, magistrates and all the other provincial officials (verse 2).
Those people in fact were clearly more popular and higher ranking than Shadrach, Meshach, and Abednego who is just "set over the affairs of the province of Babylon" (verse 12).
Let’s put that condition to our shoes. Sometimes we behave like that, aren’t we?

Oops ... don’t think so?

Again I want to write a single word of my favorite ...BE THANKFUL
Yupes ... aren't we often like King Nebuchadnezzar in thankful things?
We often forget wonderful blessings we already received from God just because one or two problems in our lives.

And unfortunately, for this reason, many of us just cannot be a witness/blessing for others.
If we don't feel grateful, how are we going to share the blessings to others? Is it quite reasonable right?

Let's do a reflection. How old are you? How many times you can smile, laugh, or even feel moved because of happiness?
It's all a gift from God.
Another thing that might be forgotten ... you just get a chance to live 10 minutes to read this blog ... and the Lord still give you a chance to feel the blessings, and share to others =)

God bless you.

May 24, 2012

Not the leftover

English Version

Seperti biasa, bila merasa suntuk dengan lingkungan kerja, saya memilih untuk keluar dan pergi ke sebuah cafe ataupun restoran cepat saji untuk melanjutkan kerja saya disana. Yang penting tempatnya ber-AC, memiliki sambungan internet wireless (wi-fi), tidak berbau asap rokok, dan ada iringan musik yang membuat relax sudah cukup untuk menjadi tempat alternatif bagiku.

Dalam suatu kesempatan ketika saya berada di sebuah restoran cepat saji, saya mengalami suatu kejadian yang benar-benar menarik. Ketika sedang antri untuk memesan makanan, di depan saya sedang satu grup 3 orang pemuda yang sedang dilayani. Terlihat jelas dari penampilan mereka bahwa mereka bukan dari golongan berekonomi rendah. Setelah membayar dan sambil menunggu makanan mereka disiapkan, salah satu dari mereka menunjuk pada teman-temannya yang lain sebuah kotak sumbangan amal yang terletak di depan mesin kasir. Jujur saya penasaran untuk melihat respon mereka.

Wah, lumayan, mereka ternyata mulai membuka dompet mereka. Dalam hati saya benar-benar salut pada mereka. Belum sampai semenit saya kagum dengan mereka, saya merasa terkejut. Ternyata mereka mengumpulkan uang logam yang ada di dompet mereka untuk disumbangkan.

Ok, saya tetap respek terhadap niat maupun pemberian mereka. Akan tetapi yang membuat saya merasa sedikit "kecewa" adalah, di tengah-tengah kondisi mereka, ternyata memberi sumbangan merupakan porsi sisa dalam diri mereka. Dibandingkan dengan gadget-gadget yang mereka bawa, maupun isi dompet mereka (eits, saya tidak mengintip, hanya berasumsi), saya percaya uang logam yang jumlahnya tidak sampai sepuluh keping tersebut bukanlah bukanlah bukti niat memberi mereka.

Dalam Yohanes 3:16, Allah telah menunjukkan pada kita apa arti dari memberi dengan hati. Ia memberikan AnakNya yang tunggal, yang jelas merupakan gambaran dari sesuatu yang PALING berharga. Di bagian lain dalam Alkitab, Yesus juga mengajarkan kepada kita bagaimana sikap kita dalam memberikan persembahan

"Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Markus 12:41-44)

Satu hal yang ingin saya tekankan disini, bahwa persembahan tidak harus selalu tertuju pada kantong persembahan di gereja.

"Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Matius 25:40)

Karena itu, terlepas dari pertanggung jawaban akan pengelolaan persembahan/sumbangan tersebut, adalah bagaimana sikap hati kita dalam memberikan persembahan itu sendiri. Apakah benar-benar tulus dan penuh kasih, ataukah alakadarnya. Dan jangan lupa tentunya untuk meminta hikmat pada Tuhan agar persembahan kita juga tidak menjadi sia-sia.


Tuhan Yesus Memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

As usual, when I reach my limit in the work, I choose to get out and go to a cafe or fast food restaurants to continue my work there. As long the place has air-conditioner, wi-fi, non-smoking area, and music that makes me relax enough, that place can be alternative working place for me.

One day, when I was burnout with my works and decide to go to fast food restaurant, I saw something that was really interesting. While I was queuing to order food, in front of me was a group of three young men who are being served. It is obvious from their appearance that they are not come from low income background. After paid and waited for their food being prepared, one of them pointed a charity donation box located in front of the cash register to his friends. I was curious to see their response.

Well, then they started to open their wallets. In my heart, I really applaud them, but a minute haven’t passed yet since I was impressed with them, the feeling changed into a shock. Apparently they collected coins in their wallets to donate.

Ok, I still respect their intention and willingness to give. But what makes me feel a little bit "disappointed" is the fact with their conditions they just gave a “leftover” from their money. Compared with the gadgets they carried, as well as the contents of their wallets (eits, I did not peek, just assume), I believe the less than ten pieces coins which they donated wasn’t an evidence of good intention of giving.

In John 3:16, God has shown us what the meaning of giving with the heart by gave His only son, who is clearly a something that MOST valuable. In other verses of the Bible, Jesus also teaches us how our attitude should be when doing the offerings.

"Jesus sat down opposite the place where the offerings were put and watched the crowd putting their money into the temple treasury. Many rich people threw in large amounts. But a poor widow came and put in two very small copper coins, worth only a few cents. Calling his disciples to him, Jesus said, "Truly I tell you, this poor widow has put more into the treasury than all the others. They all gave out of their wealth; but she, out of her poverty, put in everything—all she had to live on" (Mark 12:41-44)

One thing I want to emphasize here, an offering should not necessarily end up in the church’s offering bags.

"The King will reply, ‘Truly I tell you, whatever you did for one of the least of these brothers and sisters of mine, you did for me'" (Matthew 25:40)

Therefore, regardless of how our offering / donations will be managed later on, our attitude and heart in doing an offering is the most important. Whether our heart is really sincere and loving, or as-is in doing an offering?  And, of course do not forget to ask God for wisdom so that our offering won’t be in vain.


God bless you.

May 16, 2012

Once and for all

English Version

Seorang teman pernah menceritakan tekanan batin yang dialaminya kepada saya. Setelah menceritakan itu semua, saya cukup dikejutkan bahwa ia merasa bahwa dirinya percuma menjadi seorang Kristen.
"Percuma, setelah dibaptis, saya tetaplah seorang yang suka berbohong"

Mungkin tidak jarang diantara kita juga berpikiran seperti itu.

"Kenapa Tuhan seakan-akan meninggalkan kita, atau bahkan menolak kita setelah kita mengambil keputusan untuk mengikut Dia ?"

Oops...harus saya akui, ini sangat sering terjadi pada diri kita sebagai umat Kristiani, baik dari pikiran kita sendiri, ataupun keluar dari mulut orang lain. Satu hal yang ingin saya tekankan disini, yaitu bahwa itu semua bukan dari Tuhan kita. Tidak percaya ?

Pertobatan kita mendatangkan sukacita bagi seisi surga karena kita telah kembali kepadaNya.

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan" (Lukas 15:7)

Dengan sukacita yang dialami seisi surga, akankah Tuhan membiarkan kita begitu saja ?

Mengapa kita masih saja melakukan dosa lama kita ?
Karena dalam dunia ini kita masih hidup dengan tubuh daging kita yang memang sudah diikat dengan dosa.

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Matius 26:41)

Hah ? masih diikat dengan dosa ? Lalu bagaimana dengan kematian Tuhan Yesus yang katanya membebaskan kita dari ikatan dosa ? Benar! Kematian Tuhan Yesus membebaskan ROH/JIWA kita dari ikatan dosa, BUKAN tubuh daging kita.

"Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Filipi 3:20-21)

Tertulis jelas bahwa tubuh kita (yang hina...alias berdosa) akan diubahkan nantinya saat kita berada di sorga.

Lalu apa yang SEHARUSNYA membedakan kita antara sebelum dan sesudah menerima Yesus sebagai Juru Selamat kita ?
Rasa penyesalan setelah melakukan dosa dan sifat alami kita yang tidak suka dengan dosa. Sifat Allah yang kudus bertolak belakang dengan sifat dosa. Karena itu sudah sewajarnya bila kita sudah menerima Yesus dalam hidup kita, kita menjadi "jijik" akan dosa.

Tetapi kawan, sialnya kita masih hidup dalam dunia yang tenggelam dalam dosa. Kita masih terus berada dalam perang iman melawan dosa yang selalu siap untuk menarik kita jatuh maupun iblis yang ingin membuat kita merasa percuma untuk percaya kepada Tuhan, dan meninggalkanNya.

"Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12)

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis , berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8)

Karena itu, mari kita tetap berjuang dengan mengenakan perlengkapan senjata Allah (Efesus 6:11-18) untuk menghadapi segala tipu muslihat iblis.

Bila kita jatuh, datanglah kembali kepadaNya dengan penyesalan dan meminta ampun padaNya. Tuhan Yesus mengasihi kita dengan kasih yang tanpa syarat (kasih Agape) --> bukan dengan syarat "kalau kita tidak pernah berbohong", dll.

Ia memang mencari dan menerima kembali kita yang berdosa

"Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10)

"Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang" (Matius 12:20)


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

A friend once told me that they experienced a distress. After listened to him, I was quite surprised that he felt it was useless to be a Christian. "It's useless, after being baptized; I’m still a liar"

Perhaps it is common for us to think like that.

"Why God seems to leave us, or even reject us after we took the decision to follow Him ?"

Oops ... I must admit, this is very often happens to us as Christians, whether from our own minds, or from others. One thing I want to emphasize here, those are not from our Lord. Do not believe ?

Our repentance brings a joy to the whole heaven because we have returned to Him.

"I tell you that in the same way there will be more rejoicing in heaven over one sinner who repents than over ninety-nine righteous persons who do not need to repent" (Luke 15:7) 

With the joy experienced by the whole heaven, will God stay still seeing us like that ?

Why do we still have our old sin ?
Because in this world we still live in our flesh which is already bound by sin.

“Watch and pray so that you will not fall into temptation. The spirit is willing, but the flesh is weak" (Matthew 26:41) 

Huh ? Still bound by sin ? What about Jesus who died on the cross in order to freed us from the bondage of sin ? True! The death of Jesus frees our SPIRIT / SOUL from the bondage of sin, NOT our body of flesh.

"But our citizenship is in heaven. And we eagerly await a Savior from there, the Lord Jesus Christ, who, by the power that enables him to bring everything under his control, will transform our lowly bodies so that they will be like his glorious body" (Philippians 3:20-21) 

That was clearly written that our bodies (the despicable ... aka sinners) will be changed later on when we were in heaven.

So what SHOULD distinguish us before and after receiving Jesus as our Savior ?

A sense of remorse after we do something sinful and a natural sense of not like a sin. God's holy attribute is contrary to the nature of sin. So that it becomes a natural when we accepted Jesus in our lives, then we become "sick" of sin.

But guys, unfortunately we still live in a world drowning in sin. We still continue to be in a faith-fighting against sin which is always ready to pull us down and the devil who wants us to feel useless by believing God, and in result, finally, letting Him off.

"For our struggle is not against flesh and blood, but against the rulers, against the authorities, against the powers of this dark world and against the spiritual forces of evil in the heavenly realms" (Ephesians 6:12)

"Be alert and of sober mind. Your enemy the devil prowls around like a roaring lion looking for someone to devour" (1 Peter 5:8) 

Therefore, let us continue fighting by wearing armor of God (Ephesians 6:11-18), and deal with all the machinations of the Devil.

When we fall, come back to Him in repentance and ask forgiveness of Him. Jesus loves us with unconditional love (agape love) -> without any condition includes "if we do not ever lie", etc.

He seeks and receives us, the sinful people, back.

"For the Son of Man came to seek and save the lost" (Luke 19:10)

"A bruised reed he will not break, and a smoldering wick he will not snuff out, till he has brought justice through to victory" (Matthew 12:20)


God bless you

Pray all the time

English Version

Dalam serial TV Blue Bloods, sering ditayangkan bagaimana keluarga Reagan sering duduk bersama untuk menikmati makan malam untuk menutup aktivitas mereka di hari itu. Mereka membagikan cerita dan pengalaman akan apa yang terjadi pada hari itu kepada seluruh anggota keluarga dan yang membuatku cukup terkagum, walaupun entah itu hanya tuntutan skenario ataupun sesuatu yang "normal" untuk disertakan, tetapi selalu ada sesi doa bersama sebelum makan malam dimulai. Doa tersebut akan dipimpin oleh salah satu anggota keluarga, ataupun secara bergiliran. Terlebih daripada itu, doa itu tidak mereka ucapkan seperti mantra yang dihafalkan. Mereka terlihat begitu menikmati sesi doa tersebut.

Seperti itulah seharusnya doa bagi kita yang mengaku umat Kristen. Sebuah momen pribadi dengan Allah Bapa kita yang tidak menuntut ini dan itu. Tetapi seringkali doa justru ditakuti oleh banyak orang dengan berbagai alasan.

Pada blog kali ini, saya akan menulis beberapa poin untuk membantu.

Doa adalah nafas hidup orang percaya
Sering kita mendengar akan slogan ini. Saya pun juga, walaupun tidak tahu dari mana atau siapa yang mengatakan untuk pertama kalinya. Dan herannya, selalu "nafas" yang dipakai. Bukan makanan, maupun minuman. Well, harus kita akui bahwa hidup kita tergantung pada nafas kita. Itu menunjukkan bahwa sebagai orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, kita tidak dapat terlepas dari kehidupan doa kita.

"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu" (Lukas 18:1)

"Tetaplah berdoa" (1 Tesalonika 5:17)


Doa bukanlah sebuah mantra yang harus dihafalkan dan diulang setiap kalinya
"Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30)
Doa yang kita ucapkan, ditujukan kepada Bapa kita. Ya, BAPA. Sebuah sebutan yang umum, sama seperti kita memanggil suami dari ibu kita. Yesus sendiri mengajarkan Doa Bapa Kami kepada kita dalam Matius 6:9-13, yang dimulai dengan "Bapa kami yang di surga". Itu menunjukkan sebuah hubungan yang dekat antara bapa dengan anak. Nah, dalam kehidupan kita sehari-hari, apakah kita juga akan menghafalkan apa yang akan kita komunikasikan dengan ayah biologis kita ? Atau selalu mengulang-ulang perkataan yang sama ?


Doa tidak memerlukan bahasa yang tertata rapi maupun berlevel tinggi
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati" (1 Samuel 16:7)
Doa bukanlah suatu aktifitas lips service. Allah tidak mempedulikan tingkat intelektual kita dalam doa. Ia tidak melihat apa yang yang manusia lihat (ataupun dengar).  Ia melihat isi hati kita. Jadi berdoalah sesuai dengan apa yang hati kita ingin katakan.


Masih kurang cukup membantu ?
Mari kembali saya ajak kita untuk berpikiran secara rasional.
Alkitab menuliskan bahwa Yesus mengajak kita semua untuk datang kepadaNya...yeah, melalui doa tentunya.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28)

Dalam kalimat itu tertulis jelas "semua", tanpa terkecuali. Ia tidak memberikan syarat-syarat untuk datang kepadaNya seperti:

* Semua yang pandai merangkai kata
* Dalam bahasa tertentu
* Di tempat tertentu
* Dengan menggunakan benda-benda tertentu
* Pada waktu-waktu tertentu
* Dan lain sebagainya

Cukup dengan mengarahkan hati kita kepadaNya, dan ungkapkan semua yang ingin kita katakan.

Lalu, apa yang seharusnya menjadi isi doa kita ? Well, setelah kita mengetahui bahwa doa merupakan momen kita bercakap-cakap dengan Tuhan sesuai isi hati kita, kita dapat menggunakan doa sebagai :
* Penyembahan
* Penyesalan dan pengakuan dosa
* Ucapan syukur
* Permintaan
* atau bahkan, hanya sekedar bercerita/sharing dengan Tuhan kita (WOW !!!)

Namun ada kalanya kondisi kita tidak memungkinkan untuk berdoa. Entah karena perasaan emosi yang terlalu ekstrim, atau alasan apapun. Tetaplah berdoa, karena dalam diri kita sebagai orang percaya, Allah telah mengirimkan Roh Kudus, yang dapat membantu kita untuk berdoa.

"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus" (Roma 8:26,27)

Karena itu kawan, kapanpun, dimanapun, dan apapun itu, tetaplah berdoa.

Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

In the Blue Bloods, TV series, The Reagans would sit together to enjoy a dinner after done their activities. They share stories and experiences which they got on that day to the whole family. One thing that makes me quite stunned, there is always a prayer to start dinner. Whether it’s just a scenario or something “normal” to be included in the dinner scene, it’s still make me amazed. Prayer will be led by one family member or by turns. More interesting, it looks like they’re enjoying the prayer session so much, they’re not saying a pray like saying a “mantra” or something repetition.

The way The Reagans pray is how exactly we, who claim as a Christian, are supposed to pray. Pray is a private moment with our Father, who doesn’t demand this and that. Sadly, prayer moment is often feared by many people with various reasons of it.

On this blog, I’ll write a few points to help us.

Prayer is the breath of the soul
We often hear this slogan, even though for myself, I don’t know who, where, and when the first time I heard it. Interestingly, "breath" is the word that always been used, neither food nor beverage. Well, we must admit that our lives depend on our breath. That suggests people who claim to believe in God, cannot be separated from our “breath’, in this case is prayer life.

"Then Jesus told his disciples a parable to show them that they should always pray and not give up" (Luke 18:1)

"Pray continually" (1 Thessalonians 5:17)


Prayer is not a mantra that must be memorized and repeated every time
"I and the Father are one" (John 10:30)
Our prayers is addressed to our Father. Yes, a Father. A common designation, just as we called a husband of our mother. Jesus himself taught us The Lord's Prayer in Matthew 6:9-13, which begins with "Our Father in heaven…" It shows a close relationship between father and child. Well, in our daily lives, will we memorize what we’re going to say to our biological father or constantly repeating the same words?


Prayer does not require a language that well-organized and high level
"The Lord does not look at the things people look at. People look at the outward appearance, but the Lord looks at the heart" (1 Samuel 16:7)
Prayer is not a lips service activity. God does not care about our intellectual level in prayer. He does not see what the man sees or hears. He sees our heart's content. So let’s pray according to what our heart wants to say.


Still not enough to help?
Let me invite you to think rationally.
The Bible records that Jesus invites us to come to Him ... yeah, through the prayers of course.

"Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest" (Matthew 11:28)

In the sentence was clearly written "all", without exception. He did not give the conditions for people to come to Him, like:

* All who are good at stringing words
* In a certain language
* In certain places
* By using certain objects
* At certain times
* And so forth

Just by focusing our hearts and minds to Him, and express all what we want to say is enough.

So, what should be the content of our prayers?
Well, after we know that prayer is the moment when we talk to God according to our hearts content, we can use prayer as:
* Worship
* Repentance and confession of sins
* Gratitude
* Request
* Or even just telling / sharing with our Lord (WOW!)

But there are times when conditions do not allow us to pray, whether because of emotional feelings that are too extreme or other reason. Keep praying, because inside us the believers, God has sent the Holy Spirit who can help us to pray.

"In the same way, the Spirit helps us in our weakness. We do not know what we ought to pray for, but the Spirit himself intercedes for us through wordless groans. And he who searches our hearts knows the mind of the Spirit, because the Spirit intercedes for God’s people in accordance with the will of God"(Romans 8:26,27)

That’s why friends… whenever, wherever, and whatever it is, keep praying.

God bless you

May 14, 2012

Meaning Of Life

English Version

Peringatan: Blog ini akan menyinggung tentang kecelakaan Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei 2012

Padahal belum lama ini saya menulis blog tentang kecelakaan pesawat yang telah lama terjadi di Indonesia, hari ini saya kembali menuliskan kembali tentang kecelakaan sebuah pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang diuji coba yang terjadi pada Rabu, 9 Mei 2012 karena menabrak gunung Salak di daerah Jawa Barat.

Saya bukan ingin menjadi seorang detektif yang ingin menyelidiki dan membahas tentang kecelakaan ini. Bukan juga ingin menjadi seorang ilmuwan atau ahli pesawat yang mengomentari tentang ini dan itu. Saya hanya ingin menulis blog ini, untuk sekedar melihat kembali, siapa diri kita ini.

Kejadian akan kecelakaan pesawat itu menyisakan pertanyaan besar pada diri saya, apa yang harus saya perbuat dalam hidup ini untuk menyelamatkan diri saya. Sebuah pesawat baru, yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang biasa merakit pesawat, dikendarai oleh pilot yang cukup berpengalaman, dengan rute normal yang biasa dijalani. Semuanya tampak sangatlah normal. Tidak ada satupun yang secara kasat mata terlihat diluar kebiasaan. Tetapi kali ini kita harus mengakui bahwa faktor-X tetaplah menjadi suatu hal yang tidak dapat kita atur.

Kalau begitu, setujukah anda bila saya mengatakan bahwa alangkah rapuhnya hidup kita ini ? Ingin rasa hati untuk mengambil keputusan tidak akan pernah naik pesawat lagi. Tapi kalau kita mau bicara secara jujur dan logis, juga tidak akan membuat kita hidup selamanya. Maafkan kalau saya harus berbicara dengan tidak sopan bahwa kecelakaan pun bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kereta api, bis, bahkan mengendarai mobil biasa pun bisa saja terhantam oleh kecelakaan.

"Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu ? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap" (Yakobus 4:14)

"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan" (Ayub 14:1-2)

Lalu, pernahkah kita terpikir tentang hidup ini ? Apa sebenarnya arti dari hidup ini ? Atau siapakah diri kita ini sebenarnya ? Banyak orang yang dengan seenaknya memandang rendah orang lain. Dengan seenaknya mereka membentak-bentak, mengacuhkan, bahkan menghina melalui perkataan dan tindakan hanya dikarenakan beberapa status mereka yang lebih baik. Entah status dompet, status pendidikan, atau apapun. Apa mereka lupa, bahwa hidup mereka pun sama sebenarnya dengan orang yang mereka hina itu. Harta, kepintaran, maupun tenaga mereka akan sama tidak bergunanya untuk menentukan kapan mereka mau hidup dan mati ?

Kawan, jadikan hidupmu lebih berarti, memiliki kepastian dan harapan.
Dan semuanya itu hanya ada dalam Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus lah ada jaminan dan pengharapan akan kehidupan kekal kita nantinya. Ingatlah bahwa kehidupan ini tidak berakhir di dunia yang kita tinggali ini. Akan ada kehidupan kekal yang menanti kita setelahnya.

Kita hanya akan ada untuk sementara dalam dunia yang penuh ketidak jelasan dan tiada kepastian ini.
Namun kita masih memiliki kesempatan, untuk bisa menentukan kehidupan kekal kita selanjutnya.

Datanglah pada Yesus =)


Tuhan Yesus memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Warning: This blog contents will pertain the crash of Sukhoi Superjet 100 on May 9, 2012

It hasn’t been too long since I wrote a blog about the plane crash that occurred in Indonesia. Today, I am writing again about another plane crash. This time is about Sukhoi Superjet 100 which hit the Mt. Salak in West Java. The accident occurred on Wednesday, May 9, 2012 when the plane was being tested.

I’m neither wants to be a detective who investigate and discuss about this accident, nor to be an expert who is commenting about this and that. I just wanted to write this blog, to reexamine who we really are.

Incident of plane crash leaves a big question to me, what should I do in life in order to save myself? It is a new aircraft which was manufactured by an assembling plane company. It’s also was driven by a fairly experienced pilot, with the normal route. Everything seemed very normal. There’s nothing looks unusual in the ‘outside.’ But this time we must recognize that there is X-factor that remains to be an uncontrolled factor.

If so, will you agree with me that our lives are so fragile? Deep inside, I really want to decide for not taking any flight again. Still, if I won’t take any plane again, logically and honestly speaking, it won’t make me live forever or avoid the accident that might happens. I’m sorry to say, but if I have the right to speak offensively, accidents can happen anytime and anywhere. By taking trains, buses, and even driving a regular car could get me into accident.

"Why, you do not even know what will happen tomorrow. What is your life? You are a mist that appears for a little while and then vanishes" (James 4:14)

"Mortals, born of woman, are of few days and full of trouble. They spring up like flowers and wither away; like fleeting shadows, they do not endure" (Job 14:1-2)

So, have we ever thought about life? What is exactly the meaning of life? Or who we are? There are so many people who are easily looking down upon others. They’re falsely yelling, ignoring, insulting others through words and actions just because some of them have better status, either the wallet status, or educational status, etc. Do they forget that they are actually the same with people who are being insulted and looked down. They are all the same, because there’s nobody can escape when the time for death is come, despite of their economic status, intelligence and power that they might possess.

Friend, let’s make our life more meaningful, by having certainty and hope...which is only in Jesus Christ. Only in Jesus, there is a guarantee and hope of eternal life waiting for us. Remember that this life does not end in the world where we live today. There will be an eternal life awaits us after this.

We will only exist for a while in a world full of obscurity and there is no certainty of this.
But we still have a chance, to make out the rest of our eternal life.

Come to Jesus =)


God bless you

May 10, 2012

Dare To Be Different

English Version

Ditulis ulang dari sumber:
- Pdt. Piet Alfons Sakul (GKA Agape), 6th May 2012

 
Dalam berbagai cerita fiksi kepahlawanan, dapat kita lihat bahwa para tokoh tersebut benar-benar menyadari siapa diri mereka dan tujuan mereka. 

Kotaro Minami, karakter dibalik sosok Ksatria Baja Hitam, tahu bahwa dirinya memiliki panggilan dan tanggung jawab untuk menyelamatkan dunia.

Clark Kent, Superman, tahu bahwa dirinya lemah terhadap kryptonyte.

Walaupun hidup mereka menjadi aneh dan sangat berbeda dengan orang lain pada umumnya, mereka tetap menerima hal tersebut karena mereka tahu bahwa melakukan tanggung jawab tersebut adalah tanggung jawab hidup mereka. Mengetahui diri sendiri, sadar dan menerima tanggung jawab, kelemahan, maupun kelebihan adalah kunci untuk menjadi seorang "pahlawan"

Sebagai umat Kristiani, Allah telah memberikan amanat agungNya kepada kita dalam Matius 28:19-20, yaitu supaya kita pergi memberitakan Injil dan menyelamatkan jiwa-jiwa dalam dunia ini. Sayangnya, medan pertempuran yang kita hadapi bukanlah arena yang mau kompromi dengan kita. Karakter dari dunia yang sudah penuh dosa ini, sangat berbeda dengan sifat kekudusan Allah kita. Bahkan Yesus sendiri telah mengatakan hal itu, jauh sebelum dunia berada dalam kondisi seperti saat ini.

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala" (Matius 10:16)

"Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala" (Lukas 10:3)

Karena itu, sudah jelas bahwa langkah awal untuk melaksanakan amanat agung, kita tidak boleh menjadi sama dengan dunia ini. Kita justru harus tetap ingat dan sadar akan siapa diri kita sebenarnya.
Nah...masalahnya apakah kita tahu siapakah diri kita ??

Garam Dunia

 "Kamu adalah garam dunia" (Matius 5:13)

Hampir dalam setiap masakan, garam selalu ada dalam resepnya. Tidak bisa disangkal bahwa garam memang sangat dibutuhkan dalam dapur kita. Garam sangat mempengaruhi rasa masakan kita karena keasinan alaminya. Walaupun ia larut dalam makanan, tetapi tetap saja rasa asin dari garam tersebut tidak dapat ditutupi oleh rasa lain.

Kita adalah garam dunia, yang bertugas untuk mempengaruhi dunia ini dengan sifat (keKristenan) kita, bukan malah justru kita menjadi serupa dengan dunia ini.

Terang Dunia

"Kamu adalah terang dunia" (Matius 5:14)

"Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:15-16)

Kita juga disebut sebagai terang dalam dunia ini, yang bertujuan untuk menerangi kegelapan dunia.

Bayangkan kita berada dalam suatu ruangan yang gelap. Lalu tiba-tiba ada sumber cahaya yang menyala di salah satu pojok ruangan tersebut. Secara otomatis kita akan melihat ke arah cahaya itu, dan sangat mungkin kita akan mendekat ke sumber cahaya tersebut agar kita bisa melihat sekeliling kita.

Demikian juga peran kita dalam dunia ini. Kita dituntut menjadi pusat perhatian dengan perbuatan baik kita, agar semua orang melihat kita dan bahkan mau mengikut Allah Bapa kita yang menjadi sumber terang dalam hidup kita.

Namun tentu saja hal itu tidak semudah berhitung 1, 2, 3. Menjadi berbeda dengan dunia ini yang dengan gencarnya menawarkan berbagai macam kenikmatan duniawi, dengan cara yang halus memaksa kita untuk ikut hanyut didalamnya. Mampukah kita menjadi berbeda dengan dunia ini sehingga dapat melakukan amanat agung tersebut ?

1) Tidak menggunakan kekuatan kita sendiri. Senjata kita bukanlah dengan darah daging kita ini tetapi dengan pertolongan dari Allah.

"Roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Matius 26:41)

2) Menyadari bahwa diri kita itu lemah, sehingga kita benar-benar berserah kepada Tuhan

3) Menyadari kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Hitung berkat-berkatnya selama ini, dan mengucap syukur padaNya senantiasa atas segala hal. Percaya bahwa Tuhan itu ada, dan Dia sangat peduli terhadap hidup kita.

4) Selalu dekat dengan Tuhan melalui doa dan saat teduh kita, agar kita semakin mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita

"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku" (Yohanes 15:4)


Tuhan memberkati

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Rewritten from the source:
- Rev. Piet Alfons Sakul (GKA Agape Surabaya), May 6th, 2012

In fictional stories of heroism, we can see that the lead characters know themselves and mission really well.

Kotaro Minami, the character behind the Kamen Rider Black, knows that he has a calling and responsibility to save the world.

Clark Kent, Superman, knows that he is weak against kryptonyte.

Even though their lives become extraordinary and very different compared to common people, they still do it because they know to do all of those are a part of their lives. Get to know yourself, includes aware and accept your calling, weakness, and strength, is the key to be a “hero”.

As Christians, God gives us the glorious holy mission which is written on Matthew 28:19-20, that we should go preaching the gospel and saving souls in this world. Unfortunately, the battle we’re facing is not the arena that can compromise with us. Character of the world that full of sin is very different from the holiness nature of our God. Even Jesus himself had said it, long before the world is in its present state.

"I am sending you out like sheep among wolves" (Matthew 10:16)

"Go! I am sending you out like lambs among wolves" (Luke 10:3)

Therefore, it is clear that the first step to carry out the great mission, we should not be the same with this world. And to be different, firstly we must remember and be aware of who we really are.
Well the problem is…do you know who you really are??

Salt of the Earth

"You are the salt of the earth" (Matthew 5:13)

Almost in every dish, salt is almost in every recipe. It is undeniable that the salt is a must item in our kitchen. We all know that salt can affect our cooking so much, because its nature taste. Although salt is dissolve in the food, but still the salty taste of the salt cannot be covered by the other flavors.

In our context, we are the salt of the earth whose traits is to influence this world with our (Christianity) traits. It is not right when we are affected by the world and be the same with others.

Light of the World

"You are the light of the world" (Matthew 5:14)

"Neither do people light a lamp and put it under a bowl. Instead they put it on its stand, and it gives light to everyone in the house.  In the same way, let your light shine before others, that they may see your good deeds and glorify your Father in heaven" (Matthew 5:15-16)

We also referred as the light in this world, who aims to illuminate the darkness of the world.

Imagine we are in a dark room. Then suddenly there are light sources that light up in one corner of the room. We will automatically look towards to the light, and more likely we will get closer to the light source so that we can see our surroundings.

It is similar to our role in this world. We are required to be the center of attention by our good deeds, so that all people can see us and want to follow God, our Father who is the light source of our lives.

Of course it's not as easy as counting 1, 2, 3. It would be hard to be different from the world that onslaught offers us a wide range of worldly pleasures, in a subtle way to force us drifting with it. Can we be different from the world so that we can do the holy mission He gave us?

1) Does not use our own strength. Our weapons are not in our flesh and blood but with the help of God.

"The spirit is willing, but the flesh is weak" (Matthew 26:41)

2) Realize that we are weak so that we truly surrender to God

3) Recognize the goodness of God in our lives. Count your many blessings from Him, and always give thanks for everything. Believes that God is exist, and really care about our lives.

4) Always stay close to God through prayer and our quiet time, so we are getting to understand what God wants in our lives

"Remain in me, as I also remain in you. No branch can bear fruit by itself; it must remain in the vine. Neither can you bear fruit unless you remain in me" (John 15:4)


God bless